Berita Apa Itu Demarkasi ‘Blue Line’ PBB di Perbatasan Israel-Lebanon?

by

Daftar isi



Jakarta, Pahami.id

Ketegangan di garis demarkasi PBB di perbatasan Libanon Dan Israel atau yang biasa disebut dengan garis biru kini semakin panas.

Hal ini terjadi karena Negara Zionis menyerang markas UNIFIL di kawasan tersebut pada Kamis (11/10) lalu.

Sejarah garis demarkasi garis biru PBB

Garis biru merupakan garis demarkasi yang dibuat oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) di kawasan perbatasan Israel-Lebanon pada tahun 2000. Dilansir dari situs resmi tentara Israel (IDF), garis ini sebenarnya sudah ada sejak sebelum Israel dan Lebanon berdiri.


Pada tahun 1916, Inggris dan Perancis menandatangani Perjanjian Picot Sky. Dalam perjanjian tersebut, kedua negara sepakat untuk membagi wilayah Kesultanan Utsmaniyah, termasuk wilayah yang kini menjadi Lebanon dan Israel, menjadi dua bagian. Wilayah yang nantinya menjadi Israel dikuasai oleh Inggris. Sedangkan wilayah yang menjadi Lebanon dikuasai Perancis.

Kemudian, pada tahun 1923, perwira Inggris Letnan Kolonel Newcombe dan perwira Prancis Letnan Kolonel Paulet bertemu untuk memperjelas perbatasan dan pembagian Kesultanan Utsmaniyah bagi negara mereka. Sebab, dalam perjanjian Sky Picot belum jelas pembagian wilayah Kesultanan Utsmaniyah di antara mereka.

Pasca aksi tersebut, Inggris dan Perancis mulai menduduki wilayah Kesultanan Utsmaniyah yang sebelumnya telah disepakati bersama.

Situasi mulai memanas sejak Israel-Lebanon merdeka

Lebanon memperoleh kemerdekaan dari Perancis pada tahun 1943, sedangkan Israel memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948. Sejak kedua negara ini merdeka, ketegangan mengenai perbatasan yang disepakati dalam Perjanjian Sky Picot pun dimulai.

Ketika Israel mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1948, Israel diserang oleh enam negara Arab, termasuk Lebanon. Hal ini merupakan respon negara-negara Arab atas tindakan Negara Zionis yang saat itu dengan sengaja merampas wilayah Palestina tanpa izin.

Namun serangan ini sepertinya hanya berlangsung selama 1 tahun saja. Sebab, Israel, Lebanon, dan negara-negara Arab lainnya memutuskan untuk menerapkan gencatan senjata pada tahun 1949, seperti dikutip Al Jazeera.

Namun ketegangan antara Israel dan Lebanon kembali terjadi pada tahun 1967. Pasalnya, Palestina memanfaatkan wilayah selatan Lebanon untuk menyerang Israel.

Akibat ketegangan tersebut, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mendirikan UNIFIL pada tahun 1978 sebagai upaya meredam ketegangan di kawasan perbatasan Israel-Lebanon.

Menyikapi situasi tersebut, Israel pun membentuk “zona keamanan” di Lebanon selatan, yang sebenarnya merupakan kawasan perbatasan Israel-Lebanon pada tahun 1984. Tujuan dibentuknya zona ini adalah untuk melindungi warga sipil Israel dari serangan Palestina.

DK PBB menetapkan garis biru

Pada bulan Mei 2000, Israel memutuskan untuk menarik pasukannya dari zona keamanan di Lebanon selatan. Tindakan ini diambil sebagai dampak dari ratifikasi resolusi gencatan senjata oleh Dewan Keamanan PBB.

Setelah Negara Zionis menarik pasukannya dari Lebanon selatan, Dewan Keamanan PBB sepakat untuk menarik garis perbatasan antara Israel dan Lebanon di wilayah tersebut. Garis demarkasi sendiri merupakan garis pemisah yang dibuat dalam wilayah gencatan senjata antara dua negara, dalam hal ini Israel dan Lebanon. Garis batas ini sekarang dikenal dengan nama garis biru.

Sejak garis biru ditetapkan pada tahun 2000, Israel telah membangun pagar pembatas yang seluruhnya berada di dalam wilayah Israel. Jarak garis pemisah dengan garis biru diperkirakan ratusan kilometer.

Konsekuensinya, jika Israel melewati garis pemisah, bukan berarti mereka akan langsung mencapai garis biru. Sebab, mereka harus berjalan ratusan kilometer untuk mencapai garis biru dan menembus wilayah Lebanon.

(gas/bac)