Silaturahmi dengan PMI Asal Jatim di Hongkong, Gubernur Khofifah Tawarkan Pelatihan Ekonomi Digital – Berita Jatim

by
Silaturahmi dengan PMI Asal Jatim di Hongkong, Gubernur Khofifah Tawarkan Pelatihan Ekonomi Digital

Pahami.id – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berharap para Pekerja Migran Indonesia (PMI) memiliki keterampilan bisnis ketika memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Untuk itu, PMI asal Jawa Timur di Hong Kong menyampaikan komitmennya untuk memberikan penguatan berupa pelatihan keterampilan atau keterampilan terkait ekonomi digital.

“Sebelum diambil sumpah sebagai gubernur, saya mengunjungi Hong Kong

dan bertemu PMI. Mendengar harapan dan masukan dari PMI, saya mengusulkan untuk membangun rumah singgah bagi PMI di Hong Kong. Namun, ini tidak mungkin secara hukum. Mudah-mudahan ada perubahan kebijakan dari pusat karena PMI dari Jatim sehingga Pemprov bisa lebih melindungi secara berkesinambungan,” ujar Khofifah saat ramah tamah dengan 100 PMI perwakilan Jatim di Hongkong dalam acara Penguatan Pasar Antar Negara. Acara Gathering di Regal Hong Kong Hotel, Minggu (14/14/5/2023) waktu setempat.

Khofifah mengatakan bahwa shelter berfungsi sebagai tindakan pencegahan dan ketika ada masalah sosial dan psikologis atau agama, ada tempat yang menyediakan layanan untuk PMI. Namun, dari sudut pandang anggaran, regulasi tidak mungkin dilakukan. Semoga segera ada kebijakan baru dari pusat.

“Sekarang apa yang bisa kita lakukan ketika PMI kembali ke tanah air, kebanyakan dari mereka sudah memiliki keterampilan yang diperoleh selama bekerja di Hong Kong serta keterampilan setelah tiba di Indonesia. Sekarang akan kita perkuat terutama agar mereka bisa memajukan bisnisnya secara digital,” ujarnya.

Gubernur Khofifah Silaturahmi dengan PMI Jatim di Hongkong. (Dok: Pemprov Jatim)

Pelatihan dapat dilakukan di Kampus UMKM Shopee Malang yang berlokasi di UPT milik Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur di Malang. Di kampus Shopee Malang, setiap angkatan bisa memberikan pelatihan untuk 40 orang selama tiga bulan secara gratis. Keterampilan yang diajarkan berkisar dari konsultasi produk, fotografi produk hingga pemasaran digital.

“Mereka akan diajari menyiapkan produk dengan standar kualitas, memotret produk agar masyarakat tertarik untuk membeli produk kita. Termasuk diajarkan cara memasarkan produk secara digital, dan melalui keterampilan berbicara di depan umum. Karena ada ruangan khusus yang mengajarkan jualan live streaming. Setelah tiga bulan, mereka diharapkan menjadi pemasar terdepan karena penjualannya harus berbasis online,” katanya.

Oleh karena itu, melalui pertemuan ini ia berharap ada rekomendasi dari berbagai masukan PMI Jatim di Hong Kong. Jika memungkinkan, program yang diusulkan akan masuk dalam Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD) Kementerian Dalam Negeri.

“Jika tidak memungkinkan, maka kami menyiapkan berbagai jenis program keterampilan baik menggunakan APBD Pemprov Jatim maupun menggunakan program CSR dari BUMD milik Pemprov Jatim,” ujar Khofifah.

“Kita akan membangun sinergi yang lebih kuat karena pada dasarnya saya sudah berteman lama dengan PMI dan sudah berkomunikasi dengan PMI di berbagai negara. Persahabatan saya dengan PMI cukup erat,” ungkapnya.

Sementara itu, Konsul Jenderal RI di Hong Kong, Ricky Suhendar mengatakan, pertemuan MPR ini dapat menjadi ajang bertukar informasi dan pandangan, baik mengenai perubahan yang terjadi di Indonesia maupun Hong Kong.

“KJRI Hong Kong merupakan KJRI terbesar keempat karena mencakup wilayah Hong Kong dan Makau dengan berbagai layanan dan perlindungan bagi WNI. Ada sekitar 160.000 warga kami di sini dan hampir 95 persen bekerja di manajemen rumah,” ujarnya.

“Kami menangani berbagai masalah seperti masalah ketenagakerjaan, imigrasi, dan kriminal. Kami terus berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Indonesia di Hong Kong. Apalagi komunitas PMI di Hongkong cukup besar dan ramai. Bagaimana kita memberdayakan diri, agar tidak selamanya berada di Hong Kong dan pasti akan kembali ke Indonesia, sehingga saat kembali tidak hanya bekal materi tetapi juga keterampilan sehingga program yang kita jalankan mengedepankan pemberdayaan,” ujarnya.

Sebelumnya, perwakilan masyarakat Jawa Timur di Hong Kong, Anil Kusnaini yang berasal dari Kediri mengatakan, pihaknya dan PMI Jatim memiliki beberapa keinginan. Yakni, ada upaya penguatan mental, upaya pendidikan, serta upaya melindungi kedua perempuan PMI tersebut. Apalagi PMI di Hong Kong yang mayoritas beragama Islam sangat dibutuhkan sekaligus penguatan dari pandangan ekstrem di tengah era media sosial saat ini.

“Supply dimulai dari calon PMI, kemudian keluarga kita di rumah termasuk pendidikan anak-anak kita. Karena kita tidak ingin anak kita seperti kita, apalagi pendidikan adalah hal yang utama. Kita berharap ada program unggulan di bidang pendidikan, khususnya bagi perempuan, sehingga kita bisa mendapatkan kesempatan kerja di Indonesia,” tutupnya.