Pahami.id – Semasa masih bertugas di militer, Prabowo Subianto tercatat telah menorehkan sejumlah prestasi yang tak hanya sia-sia. Satu hal yang jarang diketahui Gen Z adalah saat ia melakukan ekspedisi menaklukkan puncak tertinggi di dunia, Gunung Everest.
Pada tahun 1997, saat masih menjabat sebagai Danjen Kopassus, Prabowo membentuk Ekspedisi Merah Putih untuk menaklukkan puncak Gunung Everest. Salah satu anggota tim ekspedisi adalah pria kelahiran Malang, Jawa Timur (Jatim), Asmujiono.
Pria kelahiran 1 September 1971 ini merupakan salah satu dari 43 orang yang berangkat mendaki Merah Putih di puncak Everest. Mengutip dari Indonesiadefense.comPrajurit Pertama (Pratu) Asmujiono menjadi orang pertama yang melantunkan takbir di ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut.
Masih dari sumber yang sama, pasangan Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024 pun mengamanatkan tugas tersebut kepada Asmujiono dan Brigjen Iwan Setiawan untuk mengangkat Merah Putih.
Sebelum pendakian, seluruh anggota tim didampingi oleh pelatih Anatoly Boukreev dan dokter dari Rusia, termasuk sherpa terbaik dari Nepal.
Dari 43 anggota tim, dilakukan seleksi dan evaluasi ketat terhadap orang-orang yang mampu mendaki Everest. Hingga akhirnya terpilih 16 orang, 10 di antaranya merupakan anak buah Prabowo Subianto.
Pada 12 Maret 1997, 10 prajurit Kopassus mendaki puncak Gunung Everest melalui jalur selatan. Sedangkan jalur utara dilakukan oleh enam pasukan pada 22 Maret 1997.
Asmujiono seperti dikutip dalam laporan tersebut di antara, 17 Agustus 2023, tergabung dalam tim Selatan bersama Sersan Satu (Sertu) Misirin dan Lettu (Lettu) Iwan Setiawan. Dari 10 orang di Tim Selatan, hanya tiga orang yang dinyatakan siap mendaki puncak Everest.
Asmujiono menceritakan, pada tanggal 26 April 1997 sekitar tengah malam pukul 00.00 waktu setempat, ia merasakan nyeri pada punggung dan ada masalah pada tabung oksigennya.
Meski begitu, hal tersebut bukan menjadi kendala bagi Asmujiono. Bersama Misirin dan Iwan Setiawan didampingi dua Sherpa, serta seorang pelatih dan seorang dokter asal Rusia. Ketujuh orang itu mulai melakukan pendakian perlahan untuk mencapai atap dunia.
Menurut anak buah Prabowo, sulitnya medan Gunung Everest ibarat dihadapkan pada pilihan hidup atau mati. Namun baginya, dia siap mengambil risiko apa pun.
“Kalau meninggal, itu resiko dalam menjalankan tugas, karena motto Kopassus, lebih baik mengharumkan nama daripada gagal dalam menjalankan tugas,” ujarnya.
Setelah melalui berbagai rintangan hingga terpisah dari tim, Asmujiono mampu mencapai puncak Everest pada 26 April 1997 waktu Nepal.
Asmujiono kemudian mengibarkan bendera Merah Putih dan mengenakan baret Kopassus berwarna merah. Tak hanya itu, meski diterpa badai ekstrem, Asmujiono tetap berhasil menyanyikan lagu Padamu Negeri.
Sebenarnya ia ingin menyanyikan lagu Indonesia Raya, namun cuaca saat itu tidak memungkinkan.
Perasaan saat menerbangkan Merah Putih antara hidup dan mati, haru dan sedih. Tapi saya merasa bangga. Terharu dan bangga, sebagai anak yatim, saya bisa menerbangkan Merah Putih di puncak tertinggi dunia, dan mengharumkan nama Indonesia. mudah-mudahan bisa tercapai,” kenang pria pensiunan berpangkat Serka itu.
Prabowo sendiri masih ingat anak buahnya melambai-lambaikan Merah Putih dan melantunkan takbir di puncak Everest.
Namanya Asmujiono, hampir tidak masuk Kopassus karena umurnya baru 165, masuk Kopassus dengan 170. Tapi luar biasa kuatnya, akhirnya saya kasih dispensasi, dia masuk, kata Prabowo saat memberi pemaparan ilmiah. presentasi. pidato di Universitas Pancasila seperti yang dilihat di Youtube Universitas Pancasila.
“Pada akhirnya dialah yang mengangkat Merah Putih ke puncak Everest dunia. “Jadi kita bisa bersaing dengan negara lain kalau kita punya kemauan,” tambah Prabowo.