Pahami.id – Demonstrasi mahasiswa menolak UU Cipta Kerja (Ciptaker) juga terjadi di kota Surabaya. Ratusan mahasiswa menyerbu gedung DPRD Jatim kemarin, Rabu (12/04/2023).
Selama tindakan ini, kejadian tak terduga terjadi. Mahasiswa tampak marah dan jengkel dengan pimpinan DPRD Jatim. Mereka juga melempar botol ke pemimpin.
Peristiwa itu terjadi setelah pimpinan DPRD Kusnadi dan Anwar Sadad menolak menghubungi Ketua MPR Puan Maharani. Siswa juga tampak kesal hingga kejadian itu terjadi.
“Ketika yang bersuara adalah pimpinan partai, kami tuntut agar mereka keluar. Kami mengultimatum DPRD Jatim untuk keluar,” ujar salah satu narasumber dikutip dari beritajatim.com, jaringan media Pahami.id.
Kemudian di hadapan massa pendemo, kata Kusnadi, tuntutan mahasiswa terkait penolakan UU Cipta Kerja sudah berkali-kali disampaikan.
“Sebenarnya ini sudah menjadi tuntutan masyarakat Jawa Timur, termasuk para mahasiswa juga. Kami tidak akan berhenti memperjuangkannya, tuntutan Saudara,” kata Ketua DPRD Jatim Kusnadi.
Para pengunjuk rasa yang tak puas dengan jawaban Kusnadi kemudian memintanya menghubungi Puan Maharani. Sayangnya, Kusnadi menolak mentah-mentah permintaan mahasiswa tersebut.
“Saya tidak akan menelepon, apapun jawaban Anda, saya tidak akan menelepon. Saya hanya bisa meresmikannya melalui surat,” ujarnya.
Selain menolak menghubungi Puan Maharani, Kusnadi juga menolak permintaan mahasiswa untuk menggelar rapat umum yang dihadiri seluruh anggota DPRD Jatim. “Saya tidak terkesan dengan permintaan Anda,” katanya.
Kusnadi kemudian memutuskan turun dari mobil komando. Namun, pengunjuk rasa memblokir akses ke jalan Kusnadi dan Sadad sebagai bentuk penolakan atas tanggapan Kusnadi.
Kusnadi dan Anwar Sadad akhirnya berhasil turun dari mobil komando. Namun, banyak siswa yang melempar botol air mineral ke rombongan dari berbagai arah.
Akhirnya kedua wakil DPRD Jatim itu akhirnya bisa keluar dari kerumunan pendemo. Meski begitu, sejumlah mahasiswa tampak masih mengerumuninya hingga ke pintu gedung.
Pengunjuk rasa yang frustrasi akhirnya memutuskan masuk ke Kantor DPRD Jatim. Saat itu, mereka sudah mulai membongkar kawat berduri dan membakar kotak air mineral.
Di sisi lain, sejumlah polisi yang membawa tameng dan pentungan mulai keluar dari gedung DPRD Jatim. Tidak lama kemudian, salah seorang orator dari mobil komando meminta massa tidak melanjutkan aksinya.