6 Pemimpin VOC di Indonesia dan Kebijakannya – Sejarah

by

Gubernur Jenderal yang dalam bahasa Belanda disebut Gouverneur Generaal adalah jabatan pemerintahan tertinggi pada masa pemerintahan Hindia Belanda yang dilaksanakan pada tahun 1691 sepanjang sejarah VOC Belanda. Setelah VOC bangkrut pada tahun 1799, semua aset VOC yang ada di Hindia Belanda diserahkan kepada pemerintah Belanda hingga kemudian diangkat Gubernur Jenderal sebagai wakil pemerintah Belanda. Di bawah ini kami akan memberikan daftar lengkap para pemimpin VOC.

1. Pieter Both [1610 – 1614]

Pemimpin VOC pertama adalah Pieter Both yang merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pertama yang memerintah Hindia Belanda. Pieter Both memiliki beberapa kebijakan pada awal VOC. Beberapa kebijakan yang diambil adalah pendirian pos perdagangan di Banten dan juga membuat perjanjian dengan Pulau Maluku untuk menguasai rempah-rempah.Kekuasaan Pieter Both berlangsung dari tahun 1610 hingga 1614. Kebijakan yang dibuatnya kemudian diteruskan oleh gubernur jenderal berikutnya karena dianggap dianggap berhasil. Pieter Both kemudian meninggal pada tahun 1615 di Perairan Mauritius tidak lama setelah dia meninggalkan jabatannya.

Jan Pieterszoon

2. Jan Pieterszoon Coen[1619 – 1623 dan 1627 – 1629]

Pemimpin VOC selanjutnya adalah Jan Pieterszoon Coen yang ketenarannya tidak kalah dengan gubernur VOC lainnya dan juga masuk dalam sejarah berdirinya VOC. Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-4 inilah yang memindahkan markas VOC dari Banten ke Jayakarta dan kemudian nama Jayakarta diubah menjadi Batavia.

Jan Pieterszoon Coen juga dikenal sebagai tokoh VOC yang cukup berpengaruh di Hindia Belanda. Ia kemudian dipercaya menjadi ketua organisasi VOC ke-6 karena dianggap berhasil saat menjadi gubernur jenderal ke-4. Saat itu terjadi perlawanan dari Sultan Agung Hanyoktokusumo yang dikenal sebagai Sultan Agung Kerajaan Mataran Yogyakarta. Perlawanan ini terjadi pada tahun 1628 dan juga pada tahun 1629 ketika Sultan Agung dan pasukannya menyerang Batavia.

Tim Mataram berhasil menyebarkan wabah kolera di Batavia dari Sungai Ciliwung yang akhirnya menyebabkan banyak orang Belanda terjangkit penyakit tersebut dan meninggal, termasuk salah satunya Jan Pieterszoon Coen yang meninggal pada tahun 1629 di Batavia.

3. Herman Willem Daendels [1808 – 1811]

Herman Willem Daendels adalah seorang gubernur jenderal yang memerintah dari tahun 1808 sampai dengan tahun 1811 dimana pemerintahannya merupakan wakil Perancis di Indonesia karena pada saat itu Belanda telah ditaklukkan oleh Perancis hingga seluruh tanah jajahan Belanda jatuh ke tangan Perancis termasuk salah satunya Indonesia.

Saat itu Inggris juga sedang berperang dengan Prancis sehingga menjadi ancaman besar jika Inggris masuk ke Indonesia lalu Jawa. Untuk itu tugas utama Herman Willem Daendels di Indonesia adalah mempertahankan pulau Jawa yang menjadi pusat pemerintahan dari serangan Inggris yang merupakan salah satu penyebab VOC. dan berikut adalah beberapa kebijakan yang telah dibuatnya:

  • Buat jalan dari Anyer ke Panarukan disebut Jalan Raya Pos.
  • Membangun dermaga di Surabaya.
  • Membangun pabrik senjata di Semarang dengan tujuan memproduksi senjata.
  • Membangun benteng di Jakarta dan Surabaya untuk pertahanan.

Semua kebijakan ini dilakukan untuk menghindari serangan Inggris. Namun sebagian raja yang memerintah di Jawa dan sebagian Belanda menganggap bahwa Herman Willem Daendels adalah seorang yang otoriter. Untuk itu, pada tahun 1811, Daendeks dipanggil kembali ke Belanda.

4.Thomas Stamford Raffles [1811 – 1816]

Thomas Stamford Raffles adalah kepala VOC atau gubernur jenderal Inggris yang memerintah dari tahun 1811 hingga 1816. Akibat Penyerahan Tuntang, ini berarti berakhirnya sementara kekuasaan Belanda di Hindia Belanda dan kekuasaan Inggris di Hindia Belanda. Thomas Stamford Raffles juga membuat beberapa kebijakan yaitu:

  • Bidang politik: Membentuk pulau Jawa menjadi 16 karesidenan.
  • Bidang ekonomi: Perkenalkan mata uang, hapuskan pajak pertanian dan sistem pengiriman wajib.
  • Dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan : Penemuan tumbuhan Rafflesia Arnoldi, penemuan dan pemugaran Candi Borobudur, mendirikan Kebun Raya Bogor, menulis buku History of Java tentang sejarah Jawa pada masanya dan mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah asosiasi budaya dan ilmiah.
  • Bidang sosial: Penghapusan kerja paksa yang diciptakan pada masa Daendels, penghapusan perbudakan.

Kekuasaan Thomas Stamford Raffles di Indonesia secara resmi berakhir pada tahun 1816 dan berakhirnya kekuasaan Raffles juga menandai berakhirnya kekuasaan Inggris di Indonesia.

5. Van Der Capellen [1816 – 1826]

Van Der Capellen adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda pertama yang memerintah setelah berakhirnya kekuasaan Inggris di Indonesia atau Hindia Belanda. Kebijakan yang dibuat juga bisa dikatakan cukup berpengaruh seperti mengurangi monopoli rempah-rempah di Pulau Maluku dan menghentikan persewaan lahan di Kerajaan Mataram Yogyakarta untuk membantu para petani. Van Der Capellen juga mendirikan Departemen Pertanian, Kesenian dan Ilmu Pengetahuan di Pulau Jawa dan dapat dikatakan bahwa kebijakan yang dibuatnya pro rakyat, berbeda dengan kolonialisme Belanda yang dilakukan oleh para pemimpin VOC lainnya.

Namun Belanda menganggapnya lemah, sehingga Van Der Capellen dipanggil kembali ke Belanda dan digantikan oleh Markus De Kock. Pada masa pemerintahan Capellen juga terjadi Perang Diponegoro atau Perang Jawa pada tahun 1825 dan berakhir pada tahun 1830.

6.Van Den Bosch [1830 – 1834]

Van Der Capellen menjadi pemimpin VOC terkenal ketiga setelah Herman Willem Daendels dan Thomas Stamford Raffles. Kebijakannya yang paling terkenal adalah Sistem Tanam Paksa atau Cultuurstelsel. Ia sendiri yang menciptakan Sistem Tanam Paksa untuk mengisi pundi-pundi Belanda yang kosong akibat Perang Diponegoro dan juga Perang Kemerdekaan Belgia.

Penduduk asli harus menanam lada, kopi, teh, bahkan tebu yang nantinya akan dipanen, diangkut dan dijual oleh Belanda. Namun dalam praktek Cultuurstelsel ini, aturan yang ditetapkan tidak mengikuti praktek. Salah satu aturan menyebutkan bahwa orang yang tidak memiliki lahan pertanian wajib menggarap lahan pertanian milik pemerintah Belanda selama 66 hari atau 1/5 tahun. Namun kenyataannya, masyarakat yang tidak memiliki lahan harus bekerja di ladang selama lebih dari 66 hari.

Penyimpangan ini kemudian mendapat kecaman dari kaum liberal dan intelektual Belanda. Dalam sistem Tanam Paksa, Van Den Bosch juga berusaha memadamkan perlawanan Pangeran Diponegoro dan Padri Kaun di Sumatera Barat.

Demikian ulasan kami tentang beberapa nama pimpinan organisasi VOC. Beberapa pemimpin ini memang menyusahkan pribumi, tetapi ada juga yang tidak menyusahkan pribumi. Selain itu, ada beberapa nama pemimpin VOC lainnya seperti Limburg Stirum, Gerard Reinjst, Laurens Reael, Pieter de Carpentier, Jacques Specx dan lain sebagainya.