Menilik Perkembangan Awal Sejarah Akuntansi di Indonesia – Sejarah

by

Sejarah Perkembangan Awal Akuntansi di Indonesia – Akuntansi sebagai suatu kesenian didasarkan kepada logika matematika – saat ini disebut dengan double-entry bookkeeping (pembukuan berpasangan) – telah dikenal di Italia sejak 1495 ketika Luca Pacioli (1445–1517), yang lebih dikenal dengan nama Friar (Romo) Luca dal Borgo, mempublikasikan bukunya mengenai “pembukuan” di Venice, Italia.

Kajian mengenai sejarah dan perkembangan akuntansi di Indonesia memang tidak populer layaknya penelitian lainnya yang mengkaji berbagai isu kontemporer dalam akuntansi. Namun demikian, riset sejarah akuntansi mulai mengalami banyak perkembangan.

Jika dilihat dari berbagai kajian sejarah akuntansi yang ada di jurnal-jurnal internasional, kita akan menjumpai jika terdapat dua sudut pandang dalam menganalisis sejarah akuntansi pada masa lampau. Dua pendekatan itu adalah accounting history (pendekatan tradisional) dan new accounting (pendekatan modern).

Lukisan Luca Pacioli (Jacopo de’ Barbari/Public domain).

Pendekatan tradisional berpandangan jika akuntansi adalah suatu fenomena teknis independen yang terpisah dari lingkungan sosialnya, sehingga bersifat historis. Sementara itu, pendekatan modern berpandangan jika akuntansi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang muncul, berkembang, dan berubah sejalan dengan dinamika lingkungan sosialnya.

Kedua pendekatan itulah yang mengakibatkan titik tolak kajian akuntansi tidak hanya terpaku kepada riset terkait asal-usul ilmu itu saja, tetapi juga dapat menggambarkan interaksi dua arah yang terjadi, yaitu lingkungan akuntansi itu dipraktikan dengan wujud akuntansi yang ada saat itu.

Penelitian terkait sejarah akuntansi di Indonesia dengan memakai pendekatan new accounting history (NAH) telah diawali dengan kajian pada masa Jawa dan Bali kuno, pemerintahan kolonial Belanda, dan awal kemerdekaan Indonesia. Namun demikian, peluang penelitian sejarah akuntansi di Indonesia masih sangat terbuka untuk dilanjutkan mengingat Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman budaya dan ekonomi.

Beberapa peluang kajian sejarah akuntansi yang masih dapat dilaksanakan adalah riset akuntansi masa kerajaan-kerajaan Islam dan akuntansi kontemporer yang memperlihatkan bermacam-macam dinamika perkembangan akuntansi.

Sejarah Akuntansi di Indonesia dalam Perspektif NAH

Titik awal kajian sejarah akuntansi dengan memakai pendekatan NAH dapat dilihat dari riset yang dilakukan oleh Sukoharsono dan Gaffikin (1993a) dengan judul Power Knowledge in Accounting: Some Analysis and Thoughts on Social, Political, and Economic Forces in Accounting And Profession in Indonesia.

Kajian itu memakai pendekatan power knowledge yang diperkenalkan oleh Paul-Michel Foucoult (1975). Pendekatan ini dipakai sebagai alat analisis untuk menelaah suatu kejadian yang muncul pada periode tertentu. Power knowledge berkaitan dengan kuasa yang ada saat itu dalam menghasilkan suatu pengetahuan.

Pendekatan tersebut sering kali disebut dengan pendekatan relasi kuasa pengetahuan. Kuasa dalam hal ini tidak dimaknai sebagai kekuasaan yang represif, tetapi sesuatu yang bersifat positif dan jauh dari dominasi dan tekanan negara, kedaulatan, dan kelas tertentu.

Konsep tersebut lantas dipakai oleh Sukoharsono dan Gaffikin untuk menunjukkan asal-usul akuntansi maupun profesi akuntansi yang ada di Indonesia. Mereka menyatakan jika kantor akuntan publik dan profesi akuntansi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai rangkaian pengaruh akuntan publik yang ada di Eropa, khususnya Inggris dan Belanda.

Akuntansi awalnya muncul akibat Revolusi Industri yang ada di Inggris, yang selanjutnya memberikan dampak untuk Belanda dan berbagai perusahaannya di Hindia Belanda. Pada 1900–1940, permintaan akuntan melonjak pesat karena masyarakat pribumi dianggap kurang dalam hal pendidikan formal. Inilah yang menyebabkan banyak akuntan asing, terutama Inggris dan Belanda, masuk ke wilayah Hindia Belanda.

Kajian berikutnya yang dijalankan oleh Sukoharsono berjudul The Genesis of Accounting in Indonesia in the Early of 17th Century, yang dipublikasikan pada 1993 di International Journal of Accounting and Business Society. Jenis kajian yang dilakukannya berupa penelitian kualitatif yang memakai pendekatan arkeologi.

Fokus utama pengetahuan arkeologi terdapat di berbagai diskursus kontemporer yang menyuguhkan keadaan riil masyarakat sebagai landasan logika munculnya pengetahuan di tengah-tengah masyarakat. Sementara itu, analisis sejarah dijalankan dengan menggunakan analisis diskursif di tiap dokumen akuntansi masa lalu.

Sukoharsono mencoba untuk mengimplementasikan pendekatan arkeologi untuk mendeskripsikan awal mula adanya sistem pencatatan berpasangan di Hindia Belanda, yang diawali dengan mencermati keadaan sosial-ekonomi masyarakat saat itu.

Pada awal abad ke-17, ekspansi perdagangan Belanda terjadi secara masif. Dampak dari ekspansi itu adalah dikirimnya berbagai kapal dagang Belanda, termasuk ke wilayah Hindia Belanda, yang dianggap sebagai sumber kekayaan terselubung, seperti emas, perak, rempah-rempah, kapas, dan kayu.

Replika kapal VOC di Amsterdam, Belanda (McKarri/Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 Unported license).

Pemerintah Belanda lantas mendirikan perusahaan dagang dengan nama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) untuk memudahkan koordinasi perdagangan. Tugas utama VOC di Hindia Belanda adalah mengintervensi politik dan membentuk monopoli perdagangan. Pada awal kedatangannya, berbagai perubahan dapat diamati, misalnya pembentukan pusat perdagangan di Banten pada 1609.

Selain pusat perdagangan, VOC juga mendirikan berbagai pusat militer yang berfungsi untuk mencegah perlawanan pihak-pihak yang menentang VOC. Hal itu lantas memicu ketidakstabilan sosial, ekonomi, dan politik di Hindia Belanda dikarenakan Pemerintah Belanda sedikit demi sedikit menghapuskan sistem pemerintahan berbasis kerajaan menjadi sistem pemerintahan berbasis kolonial.

Fokus utama Pemerintah Belanda berikutnya adalah menanamkan sistem perdagangan moneter dengan memakai mata uang Belanda. Hal ini dijalankan agar Pemerintah Belanda lebih mudah dalam mengurus perdagangan. Sebelum kedatangan VOC di Hindia Belanda, alat tukar yang dipakai untuk perdagangan tidak sama di berbagai wilayah.

Standardisasi uang yang dijalankan oleh Pemerintah Belanda menyebabkan transaksi ekonomi dari aktivitas perdagangan semakin kompleks untuk dilakukan pencatatan. Salah satu dampak paling dominan adalah semakin meningkatnya kekayaan VOC karena kegiatan perdagangan.

Namun, aktivitas itu lantas memunculkan permasalahan pengelolaan kekayaan dan administrasi keuangan. Itulah yang memunculkan pembukuan akuntansi untuk memecahkan persoalan tersebut. Pembukuan dipakai untuk melaksanakan perencanaan pendapatan maupun pengeluaran yang tepat, kepentingan akuntabilitas atau pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya perusahaan, dan fungsi pelaporan kepada VOC.

Konsep pembukuan yang pertama kali dilaksanakan oleh VOC bukanlah sistem pembukuan yang kompleks, tetapi sistem yang sederhana dengan memakai single entry book keeping, yaitu pengorganisasian untuk mengatur penggajian personel militer VOC. Pada perkembangan selanjutnya, muncullah pembukuan yang memakai double entry book keeping. Konsep ini awalnya muncul dikarenakan terdapat perubahan kebijakan terkait tata laksana keuangan dan administrasi.

Pemerintah Belanda lantas memilih Gubernur Jendral Pieter Both sebagai penanggungjawab untuk melancarkan kebijakan tersebut. Both lantas membangun kantor akuntan yang berada di Banten. Bersamaan dengan hal itu, sistem pembukuan double entry book keeping mulai dipakai untuk berbagai kepentingan laporan keuangan perusahaan.

Berbeda halnya dengan pembukuan double entriy yang ada saat ini, sistem tersebut tidak memiliki akun modal maupun akun utang-rugi yang efektif. Sistem dibuat secara sederhana dan tidak ada konsep tambahan terkait keuntungan dan kerugian secara konsisten.

Selanjutnya, muncullah bentuk neraca yang dipakai di Batavia pada 1621 dan istilah mengenai “kredit” dan “debit”. Saat itu, juga mulai dikenal bentuk pembukuan penyimpanan barang, khususnya dalam wujud neraca, jurnal, dan buku besar. Namun, tidak sama halnya dengan pembukuan double entry yang ada saat ini.

Kredit yang dimaksud saat itu dipahami sebagai sisi kredit yang terdiri atas akun uang, bahan makanan, barang dagangan, serta utang dan penerimaan perusahaan. penerimaan. Sementara itu, sisi debit dipahami sebagai suatu pengeluaran untuk kapal, garnisun, biaya administrasi, dan utang perusahaan. Namun, modal maupun aset tetap belum dicatat di dalam neraca hingga tahun 1689, demikian pula dengan laba dan rugi tidak dilaporkan.

Perihal akuntansi untuk mengetahui keuntungan maupun kerugian dilaksanakan hanya dengan membandingkan antara total penerimaan penjualan ke Eropa dengan total biaya peralatan, sedangkan selisihnya dipakai sebagai keuntungan atau kerugian.

Pada 1995, Sukoharsono dan Gaffikin kembali melaksanakan penelitian sejarah akuntansi di Indonesia dengan judul Accounting, Collonial Capitals and Liberal Order: The Case of Accounting History in Indonesia During The Dutch Colonial Period of the Mid to End of the 19th Century. Kajian kali ini lebih memfokuskan pembahasannya mengenai perkembangan akuntansi pada pertengahan hingga akhir abad ke-19.

Mereka juga mengupas berbagai faktor yang memicu perkembangannya dengan cara menelaah keadaan sosial, ekonomi, dan politik, yang saat itu masih dikuasai oleh kolonialisme Belanda. Penelitian itu menyebutkan jika terdapat berbagai perubahan radikal di dalam kebijakan keuangan dan modal pemerintahan, yang semakin memperkuat posisi ekonomi Pemerintah Belanda di Hindia Belanda.

Saat itu, muncullah perbankan berbasis kapitalisme di Hindia Belanda pada kurun waktu 1900–1940. Salah satu bank milik Pemerintah Belanda yang populer adalah Javasche Bank. Bank-bank itu berfokus kepada aktivitas perdagangan dan pertanian.

Selanjutnya, kebutuhan untuk menambah sumber daya manusia (SDM) semakin meningkat pada era pendudukan Jepang. Pemerintah Jepang saat itu membuka kursus pendidikan akuntansi kepada pribumi untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja.

Sukoharsono menguraikan setidaknya terdapat empat empat kursus yang ditawarkan oleh Pemerintah Jepang. Namun, Jepang tidak lagi memberikan kesempatan pada 1943 karena fokus dan tujuannya telah berubah untuk menguasai Hindia Belanda.

Selain mengupas perkembangan akuntansi era kolonialisme Belanda dan Jepang, Sukoharsono juga mengkaji perkembangan munculnya berbagai program studi akuntansi universitas-universitas yang ada di Indonesia, yang menjadi dampak lanjutan untuk merespons perkembangan ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan.

Alat analisis yang dipakai untuk dapat mengkaji perkembangan dan berbagai perubahan-perubahan signifikan dalam akuntansi saat itu adalah genealogi-arkeologi yang juga diperkenalkan oleh Foucault. Konsep tersebut dipakai untuk memahami bentuk perubahan dalam masyarakat yang memunculkan pengetahuan baru dengan memakai kajian diskursif di berbagai dokumen masa lalu. Hal tersebut dilaksanakan untuk menemukan berbagai alasan dan logika yang sesuai.

Pada 1998, Sukoharsono mulai melirik kajian lain selain akuntansi era kolonialisme. Dia mulai melaksanakan kajian
penelitian dengan kurun waktu yang lebih awal, yaitu era kerajaan. Judul penelitian itu adalah Accounting in a Historical Transition: A Shifting Dominant Belief from Hindu to Islamic Administration in Indonesia yang memakai pendekatan genealogi dari Foucault.

Penelitian itu mengkaji tentang akuntansi pada era transisi historis dari Hindu ke Islam di Nusantara. Fokus riset tersebut adalah perkembangan awal Islam di Nusantara dapat memberikan pengaruh dalam hal sosial dan ekonomi. Dia juga menyebutkan jika kedatangan Islam saat itu telah menyebabkan penduduk asli Nusantara mendapatkan pengetahuan baru mengenai cara menulis dan memakai koin untuk kegiatan perdagangan.

Islam mempraktikkan pertukaran perdagangan untuk memenuhi kebutuhan, sehingga kontak perdagangan dengan negara lain sering terjadi. Seni menulis dan pencatatan administrasi awalnya diketahui dari beberapa bukti peninggalan Raja Mulawarman di Kutai, Kalimantan Timur.

Ketika Islam masuk Nusantara, kegiatan menulis dan pencatatan administrasi semakin berkembang dengan masuknya berbagai ilmu pengetahuan. Islam juga mengembangkan kertas sebagai pengganti daun lontar untuk keperluan menulis. Bentuk sederhana menulis di kertas digunakan agar lebih menjangkau masyarakat setempat.

Perkembangan khusus akuntansi dalam wujud penulisan awalnya dipakai untuk tujuan administrasi dan pertanggungjawaban pengumpulan pajak secara sederhana di pengadilan kerajaan-kerajaan Islam. Selain itu, sistem numerik juga kian berkembang seiring dengan perkembangan perdagangan Islam di Nusantara, khususnya di wilayah Sumatra dan Jawa.

Salah satu akibat dari kegiatan itu adalah kebutuhan substansial pengeluaran negara turut meningkat dan tidak dapat dipenuhi hanya dengan mengandalkan sistem sukarela. Perkembangan sumber utama pendapatan tetap kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Jawa didapatkan dari upeti, zakat, dan pajak tanah, sedangkan di Sumatra didapatkan dari perdagangan emas.


Itulah artikel terkait “Sejarah Akuntansi di Indonesia” yang dapat kalian gunakan untuk referensi dan bahan bacaan. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.

Untuk mendapatkan lebih banyak informasi, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!

Rujukan

  • Bilgies, Ana Fitriyatul, dkk (2023). Ilmu Akuntansi. Malang: PT Literasi Nusantara Abadi Grup.
  • Gade, Muhammad (2005). Teori Akuntansi. Jakarta Timur: Penerbit Almahira.
  • Wicaksono, Galih, dkk (2023). Akuntansi Manajemen. Padang: PT Global Eksekutif Teknologi.

Rekomendasi Buku dan E-Book Terkait

1. Akuntansi Komprehensif

Buku Akuntansi Komprehensif ini tersusun dari berbagai kumpulan soal dan jawaban pilihan, sehingga diharapkan dapat memudahkan dalam memperlajarinya karena penjelasannya mudah dan praktis. Buku ini akhirnya juga diharapkan dapat diaplikasikan dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

Buku ini sangat cocok bagi akademisi, mahasiswa, dan dosen, terutama bidang akuntansi hingga praktisi keuangan. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

2. Akuntansi Sektor Publik: Teori, Konsep, dan Aplikasi

Buku Akuntansi Sektor Publik: Teori, Konsep, Aplikasi karangan Wiratna Sujarweni menjelaskan tentang berbagai macam pengertian akuntansi di berbagai macam sektor publik. Akuntansi sektor publik adalah proses pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian, analisa, dan pembuatan laporan keuangan untuk sebuah organisasi publik yang menyajikan keuangan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, seperti lembaga pemerintah, organisasi nonprofit, yayasan, kesehatan, perguruan tinggi, dan tempat ibadah sekalipun.

Buku ini mencoba membantu mahasiswa dalam mengerti bagian-bagian akuntansi sektor publik. Buku ini berisi penjelasan mengenai teori, konsep, dan aplikasi, sehingga mempermudah dalam melakukan pembelajaran bagi mahasiswa.

3. Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual pada Entitas Akuntansi

Buku ini merupakan serial karya tulis yang membahas tentang perlakuan akuntansi pemerintah daerah, khususnya tentang perlakuan akuntansi di entitas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sementara itu, seri lainnya akan menyajikan pula pembahasan khusus tentang akuntansi untuk entitas Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).

Materi buku ini disajikan dengan terstruktur, diawali dengan pembahasan konsep dasar akuntansi pemerintah daerah, meliputi konsep umum good governance dan otonomi daerah; perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan keuangan daerah; serta siklus akuntansi pemerintah daerah.

Pembahasan dilanjutkan dengan konsep akuntansi, praktik akuntansi dalam transaksi-transaksi tertentu (akuntansi pendapatan, akuntansi beban dan belanja, akuntansi kewajiban, akuntansi aset tetap dan aset lainnya, akuntansi piutang, akuntansi persediaan, akuntansi kas dan setara kas); koreksi kesalahan, perubahan, dan operasi yang tidak dilanjutkan; sampai kepada kode akun dan format pelaporan.

Penulis: Fandy Aprianto.

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.”

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien