Berita Setara & Walhi Kritik Pidato TerakhirJokowi: Hambar, Tak Meyakinkan

by


Jakarta, Pahami.id

Organisasi Institut Setara mengkritik pidato terakhir Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sebelum lengser pada Oktober mendatang yang disampaikan dalam rapat tahunan MPR, Jumat (16/8) pagi.

Setara menilai, Jokowi seharusnya bisa menyampaikan capaian kepemimpinannya secara komprehensif setelah 10 tahun memimpin sebagai presiden.

Alih-alih memaparkan prestasi kepemimpinannya secara utuh, Setara justru menilai Jokowi memaparkan prestasinya sepotong demi sepotong tanpa mengakui kegagalannya.


Selain hanya fokus pada aspek pembangunan ekonomi yang juga hambar dan tidak meyakinkan karena daya beli masyarakat yang semakin menurun dan ancaman PHK di berbagai bidang, kata Setara dalam keterangan tertulisnya, Jumat ( 16/8). ).

Kinerja perekonomian Jokowi juga tidak tertandingi dengan pengakuan terhadap hak-hak masyarakat korban pembangunan, lanjutnya.

Setara juga mengkritisi pidato terakhir Jokowi yang tidak menyebut prestasi di bidang hukum, HAM, dan demokrasi.

Tak kalah menyayangkannya, pidato Jokowi terkait prestasi di bidang ini hanya menunjukkan keberhasilan UU KUHP yang baru.

Tak hanya itu, Setara juga menyoroti program revolusi mental Jokowi yang digembar-gemborkan di awal kepemimpinannya, namun tidak disebutkan di akhir masa jabatannya.

Hiruk pikuk pemikiran di awal masa jabatan Jokowi mengenai pembangunan manusia melalui kebijakan revolusi mental tidak diceritakan sama sekali, di level mana lompatan tersebut dicapai, kata Setara.

“Pidato tersebut seperti gambaran kemunduran yang sebagian ditutupi oleh keberhasilan ekonomi,” tambahnya.

Walhi: Pembangunan Berwatak Kolonial

Senada dengan itu, Forum Lingkungan Hidup (Walhi) pun turut mengkritik pidato terakhir Jokowi. Walhi mengatakan keberhasilan yang diklaim Jokowi berbeda dengan keadaan di lapangan.

Walhi juga mengatakan, klaim Jokowi membangun Indonesia tanpa fokus pada Pulau Jawa hanyalah klaim belaka dan justru menimbulkan bencana.

“Beberapa klaim keberhasilan seperti pembangunan yang adil, merata, dan berpusat pada Indonesia, justru menimbulkan kerusakan lingkungan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) melalui Proyek Strategis Nasional (PSN) misalnya,” kata Walhi.

Walhi juga mengkritisi pidato Jokowi yang menunjukkan prestasinya berupa keberhasilan menetapkan kebijakan strategis di UU Cipta Kerja, UU IKN, dan UU DKJ.

Walhi menilai beberapa undang-undang justru membebani perekonomian negara, yang diperparah dengan kondisi masyarakat yang semakin memburuk.

Kebijakan strategis yang disebut-sebut menjadi modal transisi pemerintah seperti UU Cipta Kerja dan UU IKN justru menimbulkan berebut ruang dan membebani APBN, tulis Walhi.

(ibu/anak)