Berita Kenapa Orang Indonesia Sebut China dengan Tiongkok?

by


Jakarta, Pahami.id

Menyebutkan Cina Dan Cina merupakan dua hal yang sering digunakan masyarakat Indonesia untuk mengenali negara yang terletak di kawasan Asia Timur.

Kedua istilah ini juga dijadikan acuan kata dalam pemberitaan di media massa.


Lalu apa perbedaan China dan China yang sering disebut-sebut oleh masyarakat Indonesia?

Penggunaan kata Cina sebenarnya mengacu pada nama suatu daerah yang sudah lama dihuni oleh orang Tionghoa.

Menurut China Daily, orang Tiongkok pernah menyebut Tiongkok ‘Zhai Zi Zhong Guo’, yang berarti “Kehidupan di Tengah Dunia”.

Menurut kurator Museum Perunggu Baoji, Chen Liang, istilah penamaan ini ditemukan 3.000 tahun yang lalu. Chen melihat berdasarkan berbagai peninggalan perunggu yang disebut Hezun.

Hezun pertama kali ditemukan di provinsi Shaanxi, Tiongkok bagian barat pada tahun 1963. Hezun adalah wadah minuman anggur berisi 122 kata tentang kisah ibu kota Luoyang, yang dibangun atas perintah Raja Cheng Wang dari Dinasti Zhou Barat.

Di Hezun terdapat kata ‘Zhai zi zhong guo’ sebagai bukti bahwa orang Tionghoa pada masa itu menyebutnya “Zhongguo”.

Seiring berjalannya waktu, Zhongguo mulai dikenal luas oleh penduduk lokal maupun pendatang dari luar negeri, sehingga dijadikan nama wilayah tersebut.

Perbedaan antara Cina, Cina dan Cina

Zhongguo, yang dalam bahasa Inggris berarti “Republik Tiongkok”, telah digunakan secara resmi sejak Revolusi Xinhai pada tahun 1911. Revolusi ini menjadi titik awal perubahan semua tradisi kuno pada masa Dinasti Qing.

Menurut catatan sejarah, nama Cina atau ‘Cina’ berasal dari bahasa Sansekerta dan mengacu pada jenis tanaman padi yang terkenal kualitasnya.

Selain itu, orang Persia juga menyebut Tiongkok dengan sebutan ‘Cin’, yang dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta untuk menyingkat nama wilayah tersebut dari Zhongguo, seperti dilansir World History.

Namun, tidak semua orang mendengar kabar perubahan nama Zhongguo menjadi China. Seperti masyarakat yang berdagang di wilayah Melayu termasuk Indonesia.

Para pedagang Tionghoa konon datang ke Indonesia sejak abad ke-13. Saat itu, warga Tionghoa yang datang ke Hindia Belanda (sekarang Indonesia) sebagian besar berasal dari wilayah selatan Tiongkok.

Wilayah ini memiliki populasi berbahasa Hokkien. Mereka kemudian memperkenalkan diri sebagai orang “Tiong”, yang berasal dari kata “Zhong” atau orang Zhongguo.

Menurut Britannica, dialek Hokkien cenderung lebih mudah dipahami oleh Hindia Belanda. Oleh karena itu, masyarakat setempat mendengarkan apa yang dikatakan para pedagang Tionghoa ketika mereka memperkenalkan diri sebagai orang Tionghoa.

Para pedagang Tionghoa yang menetap di Hindia Belanda kemudian melakukan perkawinan campur dengan penduduk setempat, sehingga sering disebut Tionghoa Peranakan. Peranakan Tionghoa inilah yang membawa dialek Hokkien lebih luas lagi ke telinga Hindia Belanda.

Hingga saat ini, Tiongkok sering digunakan untuk menyebut identitas nasional sebagai istilah resmi. Sedangkan bahasa Tionghoa dikatakan untuk mengidentifikasi seseorang yang berkewarganegaraan Tionghoa.

(val/dna)