Jakarta, Pahami.id —
Bendera nasional Arab umumnya mempunyai corak dan warna yang tidak jauh berbeda.
Misalnya Uni Emirat Arab (UEA), Sudan, Yordania, Palestina, dan Kuwait yang memiliki pola dan susunan warna yang hampir sama.
Negara-negara ini menggunakan warna hijau, merah, putih, dan hitam sebagai warna simbolisnya. Di sisi kiri bendera juga terdapat bentuk datar seperti segitiga atau trapesium.
Mengapa bendera negara-negara Arab serupa?
Laporan dari Berita NasionalSalah satu alasan hijau, merah, putih dan hitam digunakan sebagai warna bendera negara-negara Arab adalah karena keempat warna tersebut mewakili periode sejarah Arab yang berbeda.
Hitam adalah warna yang digunakan pada masa kekhalifahan Rasyidin dan Abbasiyah. Warna putih digunakan pada masa Bani Umayyah.
Kemudian hijau pada masa Fatimiyah dan Rashidin penerus Nabi Muhammad SAW, dan merah pada masa dinasti Hashemite.
Menurut teori lain, yang tertuang dalam puisi abad ke-14 karya Safi al-Din al-Hilli, putih melambangkan aksi, hitam melambangkan pertempuran, hijau melambangkan ladang, dan merah melambangkan pedang bagi orang Arab.
Keempat warna ini diyakini pertama kali dipadukan pada tahun 1916 pada masa pemberontakan Arab melawan Kesultanan Utsmaniyah.
“Ada kesamaan tertentu di antara banyak negara Arab,” kata Prof Podeh kepada The National.
“Ini menunjukkan simbolisme tertentu, bahwa ada keterhubungan, persamaan, antar masyarakat di wilayah ini. Bukan hanya bahasa Arab saja,” lanjutnya.
Podeh mengatakan, warna tradisional Arab bukan sekedar warna biasa, melainkan warna yang melambangkan Islam. Warna-warna ini mencerminkan zaman Nabi Muhammad hingga Kerajaan Ottoman Islam.
Dari 22 negara anggota Liga Arab, 10 di antaranya menggunakan warna hijau, putih, hitam, dan merah sebagai warna benderanya. Dua belas negara lainnya mengambil salah satu warna sisa dari empat warna yang disebutkan di atas, biasanya merah atau hijau.
Sembilan negara Arab juga menggunakan simbol-simbol Islam, seperti bintang, bulan sabit atau pedang.
“Itu menandakan suatu keutamaan tertentu, atau apa yang dipandang sebagai keutamaan, baik itu darah perjuangan penjajah, bumi hijau, maupun hitam yang juga bisa menjadi simbol perlawanan,” Anthony Gorman, dosen senior Islam. dan Studi Timur Tengah di Universitas Edinburgh Inggris, kepada The National.
(blq/dna)