Jakarta, Pahami.id —
Fahda binti Falah, ibu dari Mohammed bin Salman (MBS) sebagai Putra Mahkota dan Perdana Menteri Arab Saudidikatakan sebagai tokoh penting di pemerintahan.
Website yang sering membahas tentang keluarga kerajaan Saudi, Rumah Saud, mengeluarkan laporan tentang Fahda. Mereka bahkan menyebutnya sebagai “potret pengaruh yang tidak terlihat”.
Nama Fahda memang tidak terlalu dikenal di kancah politik Saudi, namun diam-diam pengaruhnya cukup kuat di koridor pemerintahan.
Fahda lahir dari suku Al Ajman, seorang Badui dari utara jazirah Arab di Arab Saudi. Ia tumbuh dengan dikelilingi oleh tradisi dan kehidupan Badui.
Dia adalah istri ketiga Raja Salman. Pernikahan mereka dikaruniai lima orang anak termasuk Pangeran MbS.
Keputusan Raja Salman menikahi Fahda disebut-sebut merupakan langkah politik untuk membentuk ikatan kuat antara kalangan suku berpengaruh dengan kalangan kerajaan.
Fahda juga dianggap sebagai tokoh penting yang mempengaruhi bidang politik dan sosial di Saudi. Selain itu, ia juga disebut-sebut menjadi penasehat reformasi nasional, khususnya yang berkaitan dengan hak-hak perempuan.
Wanita tersebut juga sengaja menarik diri dari publik untuk menghindari sorotan media dan mempertahankan posisi strategisnya. Namun, saat MbS hendak mengambil alih, Fahda dikabarkan dijauhkan dari suaminya.
Sekitar 14 pejabat Amerika Serikat membenarkan kabar tersebut.
“[MbS] mencegah ibunya bertemu ayahnya, Raja Salman, dan mencegahnya karena pangeran muda itu dengan cepat mengumpulkan kekuasaan,” kata pejabat AS itu, mengutip Pemantau Timur Tengah (MEMO).
MbS disebut-sebut melarang Fahda bertemu Raja Salman karena takut mengganggu rencananya merebut kekuasaan.
Ilustrasi seorang wanita Arab Badui. (istockphoto/Joel Carillet) |
Putra Mahkota curiga Fahda bisa bicara dan meminta Raja Salman menghalangi rencana MbS.
MbS juga khawatir sikap ibunya bisa memecah belah keluarga kerajaan. Pangeran Arab Saudi juga dikabarkan telah menempatkan ibunya sebagai tahanan rumah selama beberapa waktu.
Pangeran MbS resmi menjadi Putra Mahkota Saudi pada tahun 2017. Ia disebut-sebut telah merebut kekuasaan dari Mohammed bin Nayef.
Ia pun memenjarakan Nayef atas berbagai tuduhan tanpa bukti. Namun pihak Saudi membantah Pangeran MbS menjauhkan Fahda dari Raja Salman.
“Itu sama sekali tidak benar. Jika Anda ingin bertanya langsung kepada Yang Mulia Putri dan termasuk bertemu langsung dengannya, kami akan dengan senang hati mengaturnya segera,” kata juru bicara Kedutaan Besar Arab Saudi di AS, Fatimah Baeshen, pada tahun 2018.
(isa/bac)