Jakarta, Pahami.id —
BengkokSya pecah antara kelompok Muslim Sunni dan Syiah di Distrik Kurram, Barat Laut Pakistandalam enam hari terakhir hingga saat ini telah menewaskan 37 orang dan melukai 153 lainnya.
Seorang pejabat di Distrik Kuram yang enggan disebutkan namanya mengatakan, meski warga dan pemerintah setempat telah berupaya meredam konflik, namun bentrokan antarwarga masih terjadi hingga saat ini dengan menggunakan senjata api.
“Apa yang awalnya dipicu oleh sengketa tanah telah berkembang menjadi bentrokan sektarian berskala besar yang melibatkan penggunaan senjata otomatis dan semi-otomatis, serta mortir,” katanya seperti dikutip. AFP.
Agensi Anadolu Diberitakan, konflik sektarian di Distrik Kuram antara penduduk Muslim Syiah dan penduduk Muslim Sunni telah berlangsung sejak pekan lalu.
Mantan anggota parlemen dari anggota Kurram dan Jirga (majelis suku), Sajid Turi, mengatakan pihak-pihak yang bertikai telah menyetujui gencatan senjata pada Rabu (25/9).
“Kedua belah pihak sudah mencapai kesepakatan gencatan senjata hari ini (Rabu). Namun saya belum bisa memastikan sampai kapan hal ini akan berlangsung,” kata Turi.
Lebih lanjut, konflik sektarian tersebut bukan terjadi tanpa alasan. Konflik ini terjadi akibat sengketa pertanahan yang melibatkan penduduk Muslim Syiah dan penduduk Muslim Sunni di Distrik Kurram.
Sebelumnya, konflik sektarian yang melibatkan kedua kelompok tersebut juga terjadi pada Juli 2024 dan menewaskan 43 orang. Sementara itu, 180 orang lainnya mengalami luka-luka. Saat itu, konflik mulai menemukan perdamaian setelah Jirga (dewan suku) menyerukan gencatan senjata.
Pakistan sendiri merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam Sunni. Sedangkan penduduk Muslim Syiah merupakan kelompok minoritas di sana. Namun sayang, mereka kerap mengalami diskriminasi dari kelompok mayoritas.
Di Pakistan, perselisihan antar kelompok etnis, ras, dan agama sering terjadi. Umumnya konflik SARA ini terjadi di Distrik Kurram. Distrik ini memiliki sejarah panjang konflik komunal di Pakistan yang telah memakan ratusan korban jiwa selama bertahun-tahun.
(gas/rds)