Jakarta, Pahami.id —
Gerakan Hati Nurani Nasional (GNB) melalui salah satu anggotanya Alissa Wahid mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk menunda rencana kenaikan tersebut Pajak Nilai Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen.
Kenaikan tersebut dikhawatirkan mulai berlaku pada awal Januari 2025 dan semakin membebani masyarakat. Terutama masyarakat kelas menengah bawah yang daya belinya tertekan pascapandemi.
Dalam keterangannya, Alissa menegaskan, pemerintah perlu memberikan contoh nyata dengan menerapkan efisiensi dalam pengelolaan APBN.
“Langkah penghematan ini bisa menjadi alternatif solusi untuk menutup potensi hilangnya pendapatan sebesar Rp 75 triliun jika rencana kenaikan PPN dibatalkan,” kata Alissa saat membacakan keterangan GNB soal kenaikan PPN menjadi 12 persen secara online, Sabtu (28//2021). 2018). 12).
Alissa mengatakan pemerintah perlu menunjukkan hal itu rasa krisis dengan mengelola pendapatan dan belanja negara secara efektif dan efisien. Langkah-langkah penghematan yang ketat harus diambil untuk memperoleh pendapatan PPN pengganti dari pos pendapatan lain atau sumber pendanaan alternatif.
“Kami berharap Pemerintah memberikan contoh melalui efektivitas dan efisiensi birokrasi, mengelola pendapatan dan belanja negara secara hati-hati dan bijaksana, serta mengambil kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Alissa mengatakan setelah mendengarkan pandangan berbagai pihak termasuk pemerintah, GNB menilai dampak kenaikan PPN tidak bisa dianggap remeh. PPN yang menyentuh hampir seluruh lini konsumsi masyarakat akan menyebabkan peningkatan harga barang dan jasa, selanjutnya meningkatkan inflasi dan menurunkan daya beli.
“Kebijakan ini tidak hanya menyulitkan masyarakat menengah ke bawah, tapi juga menimbulkan risiko gejolak sosial. Pemerintah harus lebih cerdas dengan mengedepankan kebijakan yang menjaga stabilitas sosial dan ekonomi masyarakat,” kata Alissa.
Tak hanya itu, Alissa juga menyoroti perekonomian Indonesia yang belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi. Indikator seperti tingkat pengangguran, inflasi dan pendapatan riil masyarakat masih menjadi tantangan besar.
Dalam situasi ini, kebijakan yang membebani masyarakat justru dapat menunda pemulihan perekonomian negara.
“Masyarakat saat ini sedang berjuang untuk bertahan hidup. Jika daya beli terus tertekan maka akan berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi. Seharusnya pemerintah lebih fokus pada kebijakan yang merangsang pemulihan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” lanjut Alissa.
Buka Dialog
Sebagai gerakan etis dan moral, GNB menyerukan kebijakan strategis seperti kenaikan PPN dibahas secara transparan melalui dialog yang melibatkan masyarakat, akademisi, dan praktisi bisnis. Proses ini penting untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil mencerminkan kebutuhan masyarakat dan dapat menghindari resistensi sosial.
“Keputusan besar seperti ini memerlukan pendekatan partisipatif. Masukan dari berbagai pihak akan memberikan perspektif yang lebih kaya dan membantu pemerintah memahami dampak nyata dari kebijakan ini di lapangan,” kata Alissa.
Alissa mengingatkan, stabilitas keuangan negara itu penting, namun hal itu harus dicapai tanpa mengorbankan prinsip keadilan sosial. Kebijakan fiskal, lanjutnya, harus menjadi instrumen yang tidak hanya menjaga keseimbangan anggaran, tetapi juga melindungi kelompok paling rentan di masyarakat.
“Keputusan menaikkan PPN perlu dievaluasi kembali dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Jika tidak, dampak tidak produktif seperti berkurangnya konsumsi, peningkatan inflasi, dan kerusuhan sosial dapat terjadi, dan hal ini justru akan melemahkan ketahanan negara. katanya.
GNB berharap pemerintah dapat mengambil pendekatan yang lebih cerdas dengan mendengarkan suara masyarakat. Dalam situasi yang masih belum sepenuhnya stabil, keberanian untuk menunda atau membatalkan kebijakan yang berpotensi merugikan masyarakat merupakan wujud kepemimpinan yang peduli dan mendukung rakyat.
“Efisiensi belanja negara, optimalisasi pendapatan dan kebijakan yang berpihak pada rakyat merupakan langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga stabilitas perekonomian tanpa semakin membebani rakyat. Kami berharap pemerintah dapat mempertimbangkan hal ini dengan serius,” pungkas Alissa.
(tst/Agustus)