Pahami.id – Setelah dinyatakan nol kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kini para petani di Magetan, Jawa Timur (Jawa Timur) harus menghadapi fakta baru.
Kasus virus PMK kembali menyerang sejumlah ternak. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah kasus di kabupaten ini. Nyatanya, hingga saat ini masih ada kasus PMK yang menjangkiti ternak masyarakat.
Catatan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Magetan, sejak 9 Januari 2022 sudah ada 3.594 kasus secara kumulatif sejak penemuan pertama di tahun 2022. Padahal pada 17 Januari tercatat 3.626 kasus.
Disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Hewan Dispatch Magetan Budi Nur Rochman, dengan angka tersebut berarti setiap bulan kasus masih terus meningkat.
“Artinya PMK sudah kembali dalam waktu kurang dari sebulan. Rata-rata sehari ada 5 kasus baru,” katanya seperti dikutip beritajatim.com, jaringan media, Pahami.id, Rabu (2/1/2023). .
Dari total 3.626 kasus, 3.579 ekor sapi dipastikan sembuh, 37 ekor mati dan 11 ekor sapi harus disembelih secara bersyarat. Dari data itu, ia selalu memberikan perhatian khusus. Mengingat kecepatan transmisi PMK yang tinggi.
“Yang jelas PMK di Magetan terkendali, sebagian besar sapi sudah divaksinasi. Sapi yang belum pernah divaksinasi terpapar PMK. Tapi yang sudah divaksinasi tidak ada kasus terpapar PMK. Saat ini aktif sekitar 30 kasus. kasus,” jelasnya.
Berkolaborasi dengan gugus tugas PMK untuk memaksimalkan upaya pencegahan dan pengendalian PMK. Diantaranya mengawasi lalu lintas ternak antar daerah dan kabupaten. Serta memaksimalkan vaksinasi agar potensi hewan yang terpapar PMK dapat diantisipasi secara optimal.
“Benar Desember lalu nol kasus, sekarang sudah meningkat lagi, tapi masyarakat tidak khawatir karena masih terkendali,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, dari alokasi yang diterima Magetan, sebanyak 37.000 dosis yang disuntikkan, 30 persen dari target yang ada sebanyak 118.000 ekor.
“Idealnya 70 persen dan saat ini hanya 30 persen dari populasi yang divaksinasi. Kita akan tingkatkan hingga mencapai 70 persen,” ujarnya.
Di Kabupaten Ponorogo, kasus serupa masih terjadi. Gelombang kedua PMK sepertinya sedang terjadi sekarang. Setidaknya ada tiga penyebab yang menyebabkan kasus sapi terjangkit PMK di Bumi Reog kembali menerpa.
Padahal, selama tiga bulan terakhir, Kabupaten Ponorogo tidak melaporkan adanya kasus baru atau nihil kasus PMK yang dilaporkan. Namun, pada 10 Januari 2023, ada laporan kasus baru PMK pertama yang ditemukan di salah satu ternak warga Kampung Munggung, Kecamatan Pulung.
Sejak 10 hingga 30 Januari 2023, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Pertahanan) Kabupaten Ponorogo mencatat 239 kasus PMK.
“Ada lagi laporan kasus baru PMK 10 Januari lalu. Ada sapi milik warga Kampung Munggung, Kecamatan Pulung yang terjangkit PMK,” kata Kapolres Ponorogo, Masun, Rabu (1/2/2023).
Masun mengatakan, alasan masuknya kembali PMK di Kabupaten Ponorogo, pertama, karena lalu lintas ternak yang lancar pada perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) di awal tahun 2023. Itu pun, situasi PMK di daerah sekitar menunjukkan peningkatan. tren.
Sehingga membuat daerah perbatasan termasuk Kabupaten Ponorogo rentan terkena dampaknya. Ini karena lalu lintas ternak saat itu atau saat Nataru sedang lepas.
“Laporan kasus PMK pertama di Kampung Munggung, kami cek ke petani itu baru bawa sapu dari luar daerah,” kata Masun.
Kemudian penyebab kedua, datangnya ternak dari luar daerah dan masuk ke Kabupaten Ponorogo, dalam keadaan belum divaksinasi PMK. Sehingga hewan ternak tersebut mudah atau gampang tertular PMK.
Bahkan tidak menutup kemungkinan ternak dari luar daerah ini yang masuk ke Ponorogo sudah mulai mengalami gejala PMK. “Jadi ternak dari luar daerah yang masuk ke Ponorogo tidak ada riwayat vaksinasi PMK,” ujarnya.
Alasan selanjutnya adalah ternak yang sudah lama ada di Kabupaten Ponorogo. Meski bukan berasal dari pedesaan, ternak ini akhirnya juga terjangkit PMK.
Hal ini dikarenakan ternak yang sudah lama berada di Ponorogo dan baru terkena PMK karena belum divaksin. Sehingga ada peternak yang menolak divaksinasi ternaknya oleh petugas dari Badan Ketahanan Kabupaten Ponorogo.
“Misalnya Kabupaten Bungkal yang penolakan vaksinnya paling tinggi. Saat ini paling banyak kasus PMK, ada sekitar 60 ekor sapi yang terkena dampaknya,” ujar Kadispen Kab. Ponorogo.