Pahami.id – Jelang Pemilihan Presiden (Pilpres), banyak jajak pendapat bermunculan. Sayangnya, beberapa hasil survei justru dijadikan alat kampanye.
Dosen Komunikasi Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Suko Widodo mengingatkan masyarakat untuk waspada.
Ia menilai survei tersebut justru dijadikan sebagai sarana kampanye dan menggalang simpati. Tidak jarang hasil yang dipublikasikan jauh dari kenyataan opini publik.
Misalnya ada calon dari Jakarta. Selama ini jarang hadir di Jatim, tapi hasil survei elektabilitasnya tinggi. Itu tidak masuk akal, ujarnya, dikutip dari Antara, Kamis (19/1). 10/). 2023).
Suko Widodo khawatir hasil survei tersebut mengaburkan opini awal masyarakat. “Cara ini bisa membingungkan masyarakat,” ujarnya.
Peneliti senior Pusat Studi Transformasi dan Pembangunan Sosial Sekolah Pascasarjana Unair berharap masyarakat lebih selektif dalam menerima informasi terkait hasil survei tersebut.
Menurutnya, banyak suara tersembunyi yang tidak diungkapkan masyarakat. “Kekuatan tersembunyi itulah yang akan menentukan arah politik,” ujarnya.
Pandangan serupa juga diungkapkan Bramantyo dari Kolokium.id. Bram tak memungkiri banyak hasil survei yang tidak masuk akal.
“Perang hasil survei juga terjadi di dunia digital. Banyak hasil yang meragukan yang tersebar melalui media digital,” ujarnya.