Pahami.id – Partai Demokrat sudah menyatakan dukungannya terhadap Prabowo Subiano pada Pilpres 2024 beberapa waktu lalu.
Pengamat politik Balai Survei Surabaya, Iksan Rosidi menilai keputusan ini tepat.
“Bagi Demokrat, keputusan untuk segera bergabung dengan KIM merupakan keputusan politik yang hati-hati agar di mata masyarakat partai ini tidak terus-terusan tersandera narasi kekecewaan dan pengkhianatan terlalu lama pasca deklarasi Cak Imin sebagai calon Wakil Presiden atau Wakil Presiden Anies Baswedan,” ujarnya dikutip Antara, Sabtu (23/9/2023).
Ini bukan kali pertama Partai Demokrat mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Keduanya sama-sama bekerja sama pada Pilpres 2019.
Selain itu, keputusan ini dinilai logis jika melihat hubungan antara Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Prabowo Subianto yang tidak ada kendala.
Soal lainnya, komunikasi SBY dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri belum juga rampung. Sejauh ini tidak ada pandangan politik menonjol yang mengganggu hubungan antara Demokrat atau SBY dan Prabowo Subianto, ujarnya.
Ikhsan mengatakan, langkah politik Partai Demokrat untuk bergabung dengan KIM juga cukup hati-hati. Potensi menjadi bagian kekuasaan pemerintahan baru pasca pemilu 2024 tetap terjaga.
Sebab menurut survei, elektabilitas Prabowo berpotensi memenangkan kontestasi Pilpres berikutnya. Hal ini juga membuka kemungkinan Demokrat mendapatkan electoral insentif atau coat effect dari calon presiden Prabowo Subianto, selain Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. , yang elektabilitasnya juga cukup tinggi.” dia berkata.
Bukan tidak mungkin Partai Demokrat akan mendulang suara tambahan pada pemilu mendatang.
Sebab, banyak survei yang menunjukkan pengaruh jas calon presiden dan wakil presiden berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih untuk cenderung memilih partai pengusung, ujarnya.
Namun, Ikhsan menyebut ada biaya politik yang harus dibayar dengan mendekatkan Partai Demokrat ke kubu Prabowo Subianto. Salah satunya soal narasi keberlanjutan.
Partai pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ini disarankan lebih leluasa menyampaikan narasi perubahan. Sebab, KIM merupakan koalisi yang mengusung narasi kesinambungan kepemimpinan Presiden Jokowi.
“Demokrat harus lebih fleksibel dalam mengemas narasi perubahan. Malah, mereka mungkin harus mengubah kemasannya menjadi narasi keberlanjutan,” ujarnya.
Tak hanya itu, peluang AHY untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2024 mendatang semakin mengecil.
Tak ayal, saat ini di KIM ada nama-nama kuat lain yang juga disebut-sebut bakal mengusung Prabowo Subianto seperti Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, Airlangga Hartarto, dan Ridwan Kamil. Jadi peluang AHY menjadi calon wakil presiden masih ada, tapi cenderung mengecil,” ujarnya.