Pahami.id – Dalam kurun waktu relatif singkat yaitu dua tahun, kehadiran Ultra Micro Holding (UMi) telah mencatatkan kinerja yang luar biasa. Holding yang terdiri dari 3 entitas yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai induk perusahaan, PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani berhasil mendorong inklusi dan literasi keuangan khususnya bagi para pebisnis di segmen terkecil yaitu ultra mikro.
UMi Holding lahir pada 13 September 2021. Tujuannya adalah memberikan layanan keuangan yang lengkap dan terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan pelaku usaha di segmen ultra mikro. Selain itu, menjadi sumber pertumbuhan baru bagi BRI sebagai induk.
Kinerja positif UMi Holding ditunjukkan melalui pencapaian keberhasilannya mengintegrasikan lebih dari 36 juta peminjam atau debitur, atau tumbuh sekitar 10,4% secara tahunan (year-on-year/year). Pada periode tersebut, total akumulasi pendanaan ekosistem UMi mencapai Rp577,9 triliun, naik 11,4% yoy. Kinerja tersebut ditopang oleh 1.013 co-location atau unit kantor yang digunakan bersama oleh tiga entitas dalam holding.
Terkait keberhasilan Holding UMi, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan cakupan program pemberdayaan pemerintah sangat luas. Salah satu yang menarik adalah peningkatan bakat dan kemampuan wirausaha perempuan melalui program pinjaman kelompok PNM Mekaar.
Menurutnya, hal tersebut merupakan salah satu bentuk kesuksesan yang membawa banyak harapan. Terutama dalam hal inklusi keuangan. “Oleh karena itu, kita harus memastikan program inklusif yang mendorong UKM naik kelas dapat berjalan secara berkelanjutan. “Karena UMKM sebagai tulang punggung pembangunan masyarakat, berbagai permasalahan juga dapat kita atasi guna menjamin Indonesia mandiri dan berdaulat,” kata Erick Thohir.
Oleh karena itu, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan Holding UMi merupakan sumber pertumbuhan yang sangat memadai. Sebab, sumber pertumbuhannya menyasar segmen bawah.
“Dibawah yang kita sebut ultra mikro itu masih banyak sumber pertumbuhannya. Yang penting kita bisa kelola dengan baik. Jadi strategi pertumbuhan kita kita upgrade yang sudah ada, baru kita cari sumber pertumbuhan yang baru, kita jadi lebih kecil. Lalu tenornya juga lebih pendek, lebih pendek. Kita digitalkan prosesnya, jadi lebih cepat, lebih cepat. Dan kemudian, Insya Allah semuanya akan kita atur dalam satu kebijakan, strategi masif yang akan menghasilkan harga lebih murah. ” Jadi dengan jumlah kecil, mudah, cepat, dan murah,” kata Sunarso.
Prestasi ini bukan sekedar angka. Hal ini sejalan dengan langkah strategis BRI yang mengubah model bisnisnya dengan semakin mengedepankan aspek pemberdayaan. Dengan begitu, menurut Sunarso, pengusaha akan lebih mudah naik kelas melalui ekosistem ultra mikro.
Menurutnya, pencapaian kinerja tersebut membuktikan akses layanan keuangan semakin mudah bagi pelaku usaha di segmen terkecil, yang sebelumnya kesulitan memperoleh permodalan.
“Alasan utama usulan Holding Ultra Mikro adalah masih adanya 26 juta pelaku usaha mikro dan ultra mikro yang belum bisa mengakses layanan lembaga keuangan formal. Sekitar 7 juta masih mendapatkan pinjaman dari kerabat jika membutuhkan pembiayaan, sekitar 5 juta pelaku usaha masih dalam cengkeraman peminjam dan 14 juta sisanya tidak terlayani sama sekali. “Oleh karena itu, dengan integrasi melalui Ultra Micro Holding, kami membuka akses yang lebih mudah lagi,” tegasnya.
Pencapaian tersebut didorong oleh Holding UMi yang melibatkan sekitar 76.800 Relationship Manager untuk mendekatkan diri kepada masyarakat. Menurut Sunarso, pimpinan Umi Holding dilengkapi dengan teknologi yang memperkuat dan mengefektifkan proses bisnis.
Selain itu, kesuksesan UMi Holding juga tidak lepas dari masukan pelanggan yang menjadi pertimbangan dalam penerapan kebijakan. “Itu konsep yang inklusif, sehingga para pebisnis akan lebih percaya diri dan nyaman mengembangkan bisnisnya dengan layanan tambahan. “Bagaimana pemberdayaan BRI mengakselerasi UKM naik kelas,” ujarnya.