Heboh Video Sawah di Ponorogo Mencair, BPBD Duga karena Fenomena Likuifaksi – Berita Jatim

by
Heboh Video Sawah di Ponorogo Mencair, BPBD Duga karena Fenomena Likuifaksi

Pahami.id – Viral video yang memperlihatkan areal persawahan yang terbentuk dengan metode terasering di Kabupaten Ponorogo mencair pada Kamis (4/5/2023) hingga menimbulkan longsoran yang mengejutkan warga sekitar.

Dalam video yang beredar, sawah berubah menjadi lumpur dan jatuh ke sungai di bawahnya.

Meski begitu, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut karena sawah terlihat sepi dan tidak ada orang.

Saat dikonfirmasi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo membenarkan kejadian tersebut.

Kepala Bidang Darurat dan Logistik BPBD Ponorogo Surono mengungkapkan, peristiwa itu terjadi di areal persawahan terasering di Kampung Tumpak Pelem, Kecamatan Sawoo.

Menurut dia, kejadian tersebut diduga akibat likuifaksi, yakni fenomena tanah berubah cair karena kehilangan kekuatan dan kepadatan.

Menurutnya, ini bukan pertama kali terjadi di sawah.

Berdasarkan informasi dari warga sekitar, kejadian ini terjadi sekitar 40 tahun yang lalu. Namun, setelah kejadian tersebut, kawasan tersebut kembali mengendap dan berubah menjadi sawah kembali.

“Ini kejadian berulang. 40 tahun lalu juga pernah terjadi di tempat itu,” katanya.

Masih menurutnya, dampak dari kejadian tersebut menyebabkan kerusakan tanah di persawahan. Diperkirakan satu hektare sawah terdampak.

Selain itu, setelah terjadinya fenomena yang tidak biasa ini, terdapat banyak retakan pada tanah di sekitar lokasi.

“Ada retakan di kanan dan kiri longsoran,” katanya.

Insiden itu meninggalkan retakan berbentuk kerucut selebar lima meter di bagian atas. Selain itu, kerucut memanjang sekitar 150 meter, dengan lebar dasar hampir 50 meter.

Sedemikian rupa sehingga jumlah sawah yang mengalami kejadian tersebut selebar 450 meter.

Surono mengungkapkan, tanah di sawah tersebut sebelumnya mengalami keretakan.

Nah, kemungkinan retakan itu terisi air, karena ada juga sumber air di lapangan.

“Karena ada air yang masuk titik jenuh, jadi ada beban hingga akhirnya terjadi hal seperti ini,” ujarnya.