Pahami.id – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW bukan sekedar rutinitas atau upacara, namun memiliki nilai-nilai yang sangat penting di dalamnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hari ini bertepatan dengan tanggal 12 Robiul Awwal 1445 H, hari lahir Nabi Muhammad SAW. Menurut Khofifah, setidaknya ada tiga motivasi yang bisa dirasakan saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Pertama, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan upaya sebagai umat Islam untuk meneladani akhlak dan perilaku Nabi Muhammad SAW. Sosok Nabi Muhammad SAW, kata Khofifah, banyak diceritakan di berbagai literatur baik sebelum maupun sesudah ia diangkat menjadi utusan Allah.
“Dalam memperingati Maulid Nabi, banyak makna yang bisa diambil untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya terkait dengan 4 sifat terpuji yang dimiliki Nabi Muhammad SAW yaitu shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah,” kata Khofifah pada Gedung Negeri Grahadi, Rabu (27/9/2023).
Selain itu aspek kemandirian adalah dimana Nabi SAW mulai belajar bisnis pada usia 12 tahun. Nabi juga memiliki kemandirian ekonomi dan penuh kemampuan dalam berdagang. Jika dikontekstualisasikan dengan situasi saat ini, seharusnya seorang muslim mempunyai kemandirian ekonomi agar tidak bergantung pada orang lain dan dapat membantu umat islam lainnya.
Motivasi kedua, lanjut Khofifah, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW adalah untuk mengenang sejarah perjuangan Nabi yang begitu gigih menyampaikan ajaran dan wahyu Allah SWT. Nabi harus menghadapi berbagai ancaman, cemoohan, dan berbagai tantangan lainnya yang juga datang dari keluarga dan masyarakatnya. Namun Rasulullah, kata Khofifah, tidak pernah mengenal kata menyerah. Sebaliknya, Baginda SAW menghadapi semua cobaan tersebut dengan hati terbuka, sabar dan tekun tanpa memikirkan untuk membalas hinaan dan ejekan.
Nabi SAW, kata Khofifah, menunjukkan sikap santun sehingga menunjukkan Islam sebagai agama yang memanusiakan manusia. Islam adalah agama yang memberikan kedamaian. Langkah ini menciptakan perasaan hormat, percaya, hormat, dan kemudian menciptakan pemahaman. Selain itu, Rasulullah SAW merupakan sosok yang menjunjung tinggi sikap peduli dan kasih sayang terhadap umatnya. Nabi SAW juga sangat menyayangi anak yatim.
“Sebagai umat Islam, apa yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW hendaknya menjadi pemicu bagi kita untuk terus berjuang tanpa mengenal kata putus asa dan menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan dan tantangan hidup,” imbuhnya.
“Dalam konteks berbangsa dan bernegara yang penuh keberagaman, seorang umat Islam perlu mengedepankan toleransi, saling menghormati dan menghormati perbedaan, baik antar individu maupun kelompok. Hal ini semata-mata untuk mewujudkan perdamaian, persatuan dan kesatuan dalam keberagaman,” imbuh Khofifah. .
Motivasi lainnya, lanjut Khofifah, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan tanda pertama bahwa Allah mengutus sosok manusia mulia yang kelak menjadi pemimpin dan menyelamatkan umat. Sebelum Nabi SAW, masyarakat Makkah dikenal dengan Zaman Jahiliyah atau Zaman Jahiliyah. Saat itu perilaku manusia belum menunjukkan kebijaksanaan dan akhlak yang baik. Kesenjangan sosial pun terjadi. Segalanya berubah ketika Rasulullah datang membawa kebaikan dan kesempurnaan akhlak.
“Ketiga motivasi ini mempunyai nilai-nilai yang patut dijadikan teladan. Memang tidak ada manusia yang bisa menyerupai Nabi Muhammad SAW, namun kita semua bisa meneladani akhlak dan akhlaknya, meski tentu saja sebatas kemampuan kita. sehingga kita dapat membangun karakter pribadi yang kuat dan menjadi manusia. lebih baik,” pungkas Khofifah.