Pahami.id – Dia memilih Erick Estrada sebagai karakter utama film tersebut Berawan Tanpa Hujan rupanya mendapat beberapa komentar miring dari netizen.
Menurut sejumlah warganet, Erick Estrada dinilai tak layak dipercaya menjadi pemeran utama film yang diangkat dari lagu hits Ndarboy Genk tersebut.
Hal itu terlihat melalui kolom komentar pada unggahan promosi film Mendung Tanpo Udan yang baru saja merilis teaser.
Nampaknya sebagian warganet mengkritik pemilihan Erick Estrada sebagai pemeran utama karena penampilannya yang dianggap kurang ganteng alias pas-pasan.
“Benarkah tidak ada pemain lain yang Udan? Bagaimana kabar Erick?” komentar akun @awylando.
“Paling tidak pemeran utamanya sudah sering berakting di film. Rizky Nazar, Dimas Anggara atau siapa pun yang seperti itu agak lucu,” imbuh akun @fajariskandar__.
Alih-alih emosi, Erick membalas komentar tersebut dengan menyertakan emoji permintaan maaf.
“Maksud kakak apa? Kalau ada yang salah dengan orang yang mempermainkanku, biar aku introspeksi diri,” jawabnya.
Meski dikritik karena kurang ganteng, faktanya Erick Estrada merupakan salah satu aktor paling berbakat di dunia film Tanah Air. Ia mulai dikenal sejak mengikuti reality show The Last Resident.
Pria kelahiran 1987 ini pernah membintangi beberapa film layar lebar, seperti Balada Si Roy, Jakarta Undercover, Losmen Bu Broto, Yowis Ben, dan Srimulat: Hil Yang Impossible.
Perannya sebagai Tessy dalam Srimulat: Hil Yang Impossible berhasil mendapatkan apresiasi dari banyak penonton. Tak heran jika banyak netizen yang membela Erick.
“Sangat disayangkan nilai seni dikotori oleh masyarakat yang masih melihatnya secara fisik,” komentar akun @youraqila.
Malah membosankan kalau mereka terus di Indonesia seolah-olah tak ada aktor lain. Kalau mau nonton film, ganteng-gantengnya harus dinilai dari aktingnya, imbuh akun @mrllvx.
“Pada tahun 2024, apakah Anda masih akan menilai kualitas seseorang dari penampilannya?” ucap akun @dodondwiprastyo.
Sedangkan Mendung Tanpo Udan akan tayang pada awal tahun 2024. Proses syutingnya dilakukan di Yogyakarta selama kurang lebih 15 hari.
Kontributor: Chusnul Chotimah
