Pahami.id – Clift Sangra baru-baru ini mengungkap kisah duka menyusul meninggalnya istrinya, Suzzanna, pada 15 Oktober 2008. Tak banyak yang tahu, Clift sebenarnya menjaga makam Suzzanna selama 40 hari penuh.
“Saat ibuku meninggal, aku menjaga makamnya selama 40 malam, bersama teman-temanku,” kata Clift Sangra di saluran YouTube Casual Chat yang diunggah baru-baru ini.
Saat itu, Clift Sangra mendengar rumor bahwa makam Suzzanna sedang diincar oleh orang-orang yang mencari kesaktian. Mereka ingin mengambil barang-barang yang dikuburkan bersama Ratu Horor Indonesia.
“Kuburannya perlu dibongkar. Entah harus diambil apa, nggak tahu. Pokoknya syaratnya begitu. Hanya untuk mereka, untuk ilmunya,” kata Clift Sangra.
Semasa hidupnya, Suzzanna dikenal dengan budaya Jawa yang kental. Hal ini pula yang diyakini orang-orang untuk menemukan kesaktian melalui benda-benda yang ditanami Suzzanna.
“Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, sebelum 40 hari banyak rumor yang berhembus kencang, sehingga ingin mengambil barang Suzzanna,” tambah Clift Sangra.
Rupanya informasi yang sampai ke telinga Clift Sangra bukanlah rumor. Dia menyaksikan selama 40 malam, bagaimana orang-orang datang satu per satu mencoba membuka makam Suzzanna.
“Banyak yang datang. Ada yang bawa cangkul, linggis. Ada juga yang bawa mobil, rombongan, seolah mau buka kuburan,” kata Clift Sangra.
Clift Sangra cukup pandai dalam merawat makam Suzzanna. Clift dan kawan-kawan sengaja tidak membawa lampu apa pun untuk mengejutkan orang-orang yang berniat buruk saat mereka datang ke sana.
“Kami tidak menggunakan lampu, kami sengaja menyembunyikannya. Jadi ketika mereka datang dan melihat kami, mereka lari,” kata Clift Sangra.
Benar saja, Clift Sangra tidak menemukan orang yang mencoba membuka makam Suzzanna setelah 40 hari berlalu. Saat itu, Clift juga berhenti menjaga makam ratu horor Indonesia setiap malam. “Setelah hari ke-41, itu saja, saya biarkan saja,” kata Clift Sangra.
Hingga saat ini makam Suzzanna masih terpelihara dengan baik. Clift Sangra pun mengurangi intensitas berkunjung ke sana.
“Dulu aku bilang begitu, santai saja,” kata Clift Sangra.
