Pahami.id – Lokasi ditemukannya tugu batas zaman Raja Kertajaya, raja terakhir Kerajaan Kadiri, di Desa Kayunan, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, ditandai dengan garis polisi.
Ketua Dewan Seni dan Budaya (DK4) Kabupaten Kediri, Imam Mubarok mengaku meminta polisi memasang garis polisi di lokasi karena banyak dilakukan penggalian dan pengangkutan benda kuno secara ilegal.
Ia mengungkapkan, temuan tersebut dibawa ke luar daerah untuk tujuan koleksi dan penjualan. Diharapkan tidak ada lagi pengambilan benda-benda purbakala di kawasan tersebut. Hal ini penting, guna menjaga situs tersebut agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut oleh Balai Cagar Budaya Wilayah XI Jawa Timur.
Kami juga sudah lapor ke Bupati tentang upaya penyelamatan yang harus segera dilakukan. Meski tidak semuanya dijarah, masih ada yang tersisa dan yang baru ditemukan harus segera diselamatkan. Salah satunya adalah bagaimana menjadikan Kampung Kayunan sebagai kampung budaya untuk menjadi destinasi wisata di masa depan,” kata Gus Barok, dikutip dari Antara, Minggu (14/1/2024).
Pemerintah Kabupaten Kediri bersama DK4 telah melaporkan penemuan tugu perbatasan bertanggal 1123 Saka kepada Balai Cagar Budaya (BPK) Wilayah XI Jawa Timur di Mojokerto.
“Hal itu sudah kami laporkan dan Ketua BPK menyampaikan kepada saya bahwa tim akan diterjunkan ke Desa Kayunan pada Senin (15/1),” kata Imam Mubarok.
Perbatasan bertanggal 1123 Saka ini pernah dibicarakan oleh para arkeolog Belanda sebagai tempat yang banyak menyimpan peninggalan sejarah dari Panjalu/Kadiri.
Monumen perbatasan yang baru ditemukan ini berukuran tinggi 170 sentimeter dan tebal 76 cm. Gus Barok mengungkap misteri sejarah zaman Raja Kertajaya di Kayunan, wilayah Kerajaan Panjalu yang berkuasa pada tahun 1112-1138 Saka.
Selain monumen perbatasan, juga ditemukan struktur batu bata, kaki patung, dan tiang penyangga.
