Anyaman Pandan Ini Jadi Produk Ekspor Usai Dapat Bantuan dari BRI – Berita Jatim

by
Anyaman Pandan Ini Jadi Produk Ekspor Usai Dapat Bantuan dari BRI

Pahami.id – Eva Harlia, perempuan asal Dusun III, Desa Pantai Cermin Kanan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, sudah 13 tahun menekuni seni menganyam pandan. Usaha kerajinan anyaman pandan tersebut diberi nama “Galeri dan Cenderamata Menday”.

Sejak dahulu kala, kawasan tempat tinggal Eva memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama pohon pandan. Karena pandan merupakan tumbuhan endemik yang tumbuh subur di pesisir pantai.

Oleh karena itu, kawasan tersebut menjadi sentra kerajinan tenun penghasil tikar yang berbahan baku pandan. Melihat hal tersebut, Eva tergerak untuk mempertahankan keunggulan di bidangnya.

“Ini termasuk sentra, memang dari orang tua kami sudah terjun di bidang anyaman tikar. Dari situ saya tergerak untuk memulai usaha ini pada tahun 2010, saya sudah menggeluti usaha ini selama 13 tahun,” ujar Eva.

Dengan modal awal hanya Rp 500.000, digunakan untuk membeli bahan baku penolong agar tenun pandan ini memiliki nilai jual yang tinggi. Produk yang dihasilkan kelompok usaha ini beragam, antara lain aneka tikar, sandal, aneka tas anyaman pandan dan souvenir, serta kotak anyaman berbagai bentuk.

Harga suvenir paling murah Rp 5.000, sedangkan tikar besar bermotif sulit dijual seharga Rp 7,5 juta. Produk yang paling laris adalah produk tas seperti goody bag, karena produk ini sedang trend di kalangan masyarakat saat ini.

Eva mampu memproduksi hingga ribuan kerajinan anyaman setiap bulannya. Karena sudah menggunakan mesin jahit, sehingga dapat mempermudah dan mempercepat produksi.

Selama ini produk kerajinan anyaman dijual secara offline dan online. Untuk offline, produk anyaman pandan Eva bisa didapatkan di beberapa galeri souvenir di kawasan Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Awalnya, Eva dan kelompok usahanya mengalami kendala dalam hal pemasaran. Salah satunya adalah tidak memahami cara memasarkan produk secara digital.

Bahkan dalam produksinya, Eva dibantu oleh kelompok usaha yang beranggotakan 300 perempuan. Kelompok usaha ini terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya pemasok bahan baku yang menyediakan bahan baku dari ibu rumah tangga yang tinggal di pesisir pantai dan mereka mengolah daun pandan setengah jadi berupa daun kering. Kemudian, ke bagian yang bertanggung jawab untuk pengolahan khusus lembaran tikar, kemudian diolah menjadi berbagai bentuk

bantuan BRI

Perempuan asal Sumatera Barat ini ternyata salah satu nasabah KUR BRI. Terbuka peluang penambahan modal dari BRI. Saat itu ia berani mengajukan pinjaman KUR sebesar Rp 25 juta untuk membeli peralatan berupa mesin jahit dan lain-lain. Dari sini, bisnisnya berkembang.

BRI juga memberikan bantuan berupa gedung sebagai tempat pembuatan kerajinan oleh kelompok usaha ini. “Kami adalah rumah produksi yang terhubung dengan rumah tinggal, sehingga BRI memberikan hibah kepada kami untuk membangun galeri pemasaran produk anyaman pandan. Dari segi pembiayaan, hanya KUR yang cocok bagi kami karena dari segi suku bunga sangat rendah, dan itu sangat membantu permodalan kami,” ujarnya.

Selain mendapatkan hibah dan pinjaman usaha dari BRI, kelompok usaha ini meraih juara 3 Program CSR Pemberdayaan Usaha Wanita Peduli BRI.

BRI juga aktif mengajak dan melibatkan kelompok usaha “Galeri Menday dan cendramata” dalam beberapa pameran dan bazaar.

Menariknya, produk anyaman pandan milik grup usaha Eva ini sudah tiga tahun mengekspor sandal tenun ke Singapura meski masih dalam skala kecil.

Ke depan, Eva juga berencana mengekspor lagi. Salah satunya adalah dukungan BRI terkait informasi pasar ekspor yang sesuai dengan produk kerajinan anyamannya.