Anak Angga Yunanda dan Adhisty Zara Sudah Besar di First Look Sekuel Dua Garis Biru – Berita Hiburan

by

Pahami.id – Angga Yunanda membagikan tampilan pertama sekuelnya film Dua Garis Biru bertajuk Dua Hati Biru.

Seperti diketahui, film hits itu dibintangi Angga bersama Adhisty Zara itu terhubung ke cerita baru.

Dirilis pada tahun 2019, Dua Garis Biru menceritakan tentang Dara (Adhisty Zara) yang menikah dengan Bima (Angga Yunanda) di usia muda karena sedang hamil.

Di akhir film, Dara diceritakan mengutamakan masa depan dan meninggalkan bayinya yang bernama Adam bersama Bima.

Dua Hati Biru akan menyoroti kisah Bima yang membesarkan Adam seorang diri. Sekilas dirilis, Adam sudah dewasa.

Meski terlihat bahagia, Adam tetap mencari ibunya yang sudah berangkat ke Korea Selatan untuk melanjutkan studinya.

“Masih ada kesempatan kedua bagi Adam bersama ibunya?” baca caption Angga Yunanda, dikutip dari unggahannya, Jumat (16/2/2024).

“TWO BLUE HEARTS. Akan tayang di bioskop pada tahun 2024,” lanjut sang aktor mengumumkan jadwal rilis film terbarunya.

Banyak yang heboh menyambut kelanjutan kisah Bima dan Adam di film Dua Hati Biru.

Namun tak sedikit pula yang mempertanyakan keterlibatan Adhisty Zara dalam film besutan Gina S. Noer dan Dinna Jayanti itu.

Meski menjadi pemeran utama di film pertama, Dara kemungkinan besar tidak akan tampil di Two Blue Hearts.

Aktor Angga Yunanda dan aktris Adhisty Zara meraih penghargaan pasangan terfavorit atas perannya dalam film ‘Dua Garis Biru’ di ajang Indonesian Film Actors Awards (IMAA) 2020 di Jakarta, Sabtu (25/7). [Pahami.id/Alfian winanto]

Banyak yang mengaku kecewa, namun masih bertanya-tanya bagaimana nasib Bima dan Adam tanpa Dara di Dua Hati Biru.

“Apakah ini akan membuat ketagihan seperti film pertama?” komentar warganet.

“Suasana sedih macam apa ini? Tapi lucu banget anaknya mirip Angga Papah muda,” imbuh warganet lainnya.

Dua Hati Biru dikabarkan akan tayang pada Hari Raya Aidilfitri 2024. Namun Starvision selaku rumah produksi belum mengumumkan tanggal pastinya.

Kontributor: Chusnul Chotimah