Pahami.id – Mengulur kisah Arseto Solo FC, klub besutan keluarga Titiek Soeharto yang mampu berbicara di kancah domestik dan internasional.
Belakangan ini nama Siti Hediati Hariyadi atau lebih dikenal dengan Titiek Soeharto menjadi perbincangan lumrah di dunia maya.
Hal itu tak luput dari wawancaranya dengan Aiman Witjaksono yang membahas kisah asmaranya dengan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto.
Dalam wawancaranya, Titiek Soeharto menegaskan hubungannya dengan Prabowo baik-baik saja meski keduanya sudah lama berpisah.
“Tidak usah akur, hubungan kita baik-baik saja. Tidak pernah ada perselisihan atau apa pun. Tidak seperti yang di infotainment kalau cerai, pasti ada perselisihan atau pertengkaran, kita tidak pernah bertengkar. Kita selalu punya satu suara,” kata Titiek Soeharto.
“Kami tidak pernah bertengkar. Tidak ada yang namanya rekonsiliasi. “Orang tidak pernah bertengkar, jadi tidak ada yang namanya rekonsiliasi,” jelasnya.
Tak ayal, cuplikan wawancara ini pun menjadi perbincangan. Banyak dukungan mengalir agar keduanya bisa menebus kesalahannya.
Hal ini terlihat pada pidato kemenangan Prabowo hasil Quick Count. Suatu saat, para pendukung yang hadir berteriak agar dia dan Titiek Soeharto kembali atau berdamai.
Terlepas dari momen tersebut, menarik membahas prestasi keluarga Titiek Soeharto, khususnya di kancah sepak bola.
Salah satu prestasi keluarga Titiek Soeharto yang tak terlupakan di kancah sepak bola adalah klub Arseto Solo FC. Bagaimana kisah klubnya?
Klub Prestasi dari Solo
Arseto Solo FC merupakan klub sepak bola era Premier Football League (Galatama). Klub ini didirikan pada tahun 1978.
Klub ini sendiri didirikan oleh putra Presiden ke-2 RI Soeharto yaitu Sigid Harjoyudanto yang merupakan saudara dari Titiek Soeharto.
Pada awal berdirinya klub, Arseto bermarkas di Jakarta. Namun pada tahun 1983, klub ini bermarkas di Surakarta dan dikenal dengan nama Arseto Solo.
Dalam perjalanannya, Arseto Solo menjadi salah satu klub terbaik di Indonesia yang beranggotakan pemain bintang dari seluruh tanah air.
Karena beranggotakan pemain bintang, berbagai prestasi mampu diraih Arseto Solo, mulai dari menjuarai Piala Liga I pada tahun 1985.
Belakangan, Arseto Solo juga mampu menorehkan prestasi lain seperti juara Galatama United Invitational (1985), juara Galatama (1992), dan juara ASEAN Club Championship (1993).
Berkat kesuksesan Galatama pada tahun 1992, Arseto Solo mewakili Indonesia di kancah internasional yakni Liga Champions Asia musim 1992/1993.
Di ajang yang dulunya bertajuk Asian Club Championship itu, Arseto Solo mampu melaju ke babak semifinal Liga Champions Asia setelah menang atas Vietnam, Brunei Darussalam, dan Thailand di babak pertama, kedua, dan ketiga.
Sayangnya, pada tahun 1998 perjalanan Arseto Solo harus berakhir. Klub ini dibubarkan setelah memainkan laga terakhirnya melawan Pelita Jaya di Stadion Sriwedari, Surakarta.
Kontributor: Felix Indra Jaya