Berita Zelensky Siap Negosiasi Usai Putin Umumkan Gencatan Senjata 3 Hari

by


Jakarta, Pahami.id

Presiden Ukraina Vladimir Zelensky Buka suara setelah presiden Vladimir Putin Mengumumkan gencatan senjata unilateral tiga hari 8-11 Mei pada hari Senin (28/4).

Zelensky mengatakan Crimea harus diplomatik. Ukraina, lanjutnya, siap untuk membahas daerah itu setelah gencatan senjata penuh tercapai.


“Gencatan senjata penuh tanpa kemungkinan mendiskusikan segalanya,” kata Zelensky kepada kru media, yang dikutip oleh Kyiv Independent.

Zelensky juga merujuk pada proposal Presiden AS Donald Trump tentang Crimea.

“Saya setuju dengan Presiden Trump bahwa Ukraina tidak memiliki cukup senjata untuk mendapatkan kembali kendali atas semenanjung Crimea dengan kekuatan senjata,” katanya.

Proposal terbaru untuk Gedung Putih untuk mengakhiri Perang Rusia-Ukraina termasuk pengakuan de jure sebagai wilayah yang dikendalikan Rusia. Trump mengatakan Crimea akan tetap menjadi milik Rusia.

Pada kesempatan itu, Zelensky meminta AS untuk menekan Rusia untuk menggunakan metode diplomatik untuk mengakhiri pekerjaan ilegal di wilayah Ukraina.

“Tetapi dunia memiliki pembatasan, peluang, tekanan ekonomi lainnya, tekanan diplomatik untuk membahasnya, untuk membahas masalah regional,” katanya.

Zelensky menegaskan bahwa Ukraina terbuka untuk membahas daerah yang ditempati “hanya setelah gencatan senjata yang lengkap dan tanpa syarat.”

“Kami siap untuk dialog dalam format apa pun, kapan saja, tetapi hanya setelah ada sinyal nyata bahwa Rusia siap untuk mengakhiri perang,” kata Zelensky.

Pernyataan Zelensky muncul setelah Putin mengumumkan gencatan senjata unilateral hari ini.

Dalam sebuah pernyataan, Kremlin mengatakan bahwa gencatan senjata berlangsung sejalan dengan kemenangan Uni Soviet atas Jerman dalam Perang Dunia II.

“Rusia percaya bahwa Ukraina harus mengikuti contoh ini. Jika ada pelanggaran gencatan senjata dari Ukraina, angkatan bersenjata Rusia akan merespons dan merespons secara efektif,” kata pernyataan Kremlin sebagaimana disebutkan Afp pada hari Senin (28/4).

Rusia dan Ukraina telah berjuang sejak Februari 2022 setelah Putin meluncurkan invasi tetangganya.

(RDS)