Jakarta, Pahami.id —
Hamas memberikan suara Yahya Sinwar menggantikan orang mati Ismail Haniyah sebagai kepala biro politik. Pertanyaan mengenai nasib Gaza dan perundingan gencatan senjata pun muncul.
Penunjukan itu dilakukan bersamaan dengan serangan sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam, ke wilayah Israel.
Sinwar adalah komandan Brigade Al Qassam dan memiliki pandangan kuat terhadap Israel.
Analis politik Palestina di Ramallah, Nour Odeh, mengatakan penunjukan Sinwar sebagai pemimpin Hamas menempatkan Gaza sebagai prioritas utama.
“Ini bukan hanya peristiwa di lapangan, tapi juga dinamika dalam gerakan Hamas,” kata Odeh, dikutip Al Jazeera.
Dia kemudian mengatakan, “ini benar-benar mengirimkan sinyal, sejauh menyangkut perundingan gencatan senjata, bahwa Gaza memegang kendali.”
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, punya penilaian serupa.
“Penunjukan Yahya Sinwar sebagai Kepala Biro Politik menggantikan Ismail Haniyeh menunjukkan posisi Hamas dalam menghadapi Israel,” kata Yon saat dihubungi. CNNIndonesia.comRabu (7/8).
Ia kemudian mengatakan, “Saya kira posisi Hamas akan lebih kuat dan potensi negosiasi tidak akan dominan.”
Sikap keras Hamas terhadap Israel akan membuat tawaran negosiasi semakin kecil.
“Hal ini juga berdampak besar pada semakin sulitnya memulangkan tawanan perang di Gaza kembali ke Israel,” lanjutnya.
Hamas dan Israel terlibat dalam perundingan gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir, Qatar dan Amerika Serikat.
Selama ini perundingan gencatan senjata kerap menemui jalan buntu ketika membahas durasi gencatan senjata dan pertukaran sandera/tahanan.
Hamas ingin Israel meninggalkan seluruh wilayah Palestina. Sementara itu, Tel Aviv ingin semua sandera dikembalikan dalam keadaan hidup.
Namun, beberapa sandera dilaporkan tewas.
Yon mengatakan upaya untuk merundingkan gencatan senjata akan semakin sulit di bawah kepemimpinan Sinwar.
Sinwar merupakan sosok yang berperan besar dalam serangan mendadak Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Ia juga bertanggung jawab atas operasi taktis Hamas dalam perlawanan bersenjata melawan Israel.
Yon juga mengatakan, sebenarnya perundingan gencatan senjata semakin sulit dicapai sejak Haniyeh terbunuh di Iran, Teheran pada akhir Juli lalu.
Hamas, Iran dan proksi mereka menuduh Israel berada di balik pembunuhan Haniyeh. Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei bahkan bersumpah akan menghukum Negara Zionis.
(isa/bac)