Berita Sekjen Gerindra Ungkap Potensi Jawa Tengah Jadi ‘Sarang Garuda’

by


Jakarta, Pahami.id

Sekretaris -General (Sekretaris -General) Pesta Gerindra Ahmad Muzani mengungkapkan keinginannya dan potensi Jawa Tengah untuk menjadi ‘sarang Garuda’, yang merupakan simbol dari partai Gerindra.

Pernyataan itu dibuat oleh Muzani dalam pidatonya di sebuah rapat umum dengan Gubernur, Bupati dan Walikota Jawa Tengah di kantor DPD Java Central pada hari Selasa (11/2).


Muzani mengarahkan semua kader dan kepala regional dari partainya untuk memprioritaskan kepentingan rakyat.

“Jika para pemimpin regional, gubernur, rezim, dan walikota melakukan hal yang sama, maka Jawa Tengah akan menjadi sarang Garuda, itu akan menjadi basis besar bagi partai Gerindra,” katanya.

Dia bertanya kepada semua kader, terutama kepala regional Gerindra, meniru komitmen Prabowo Subianto yang merupakan ketua umum partai dan presiden Indonesia. Menurutnya, semua kebijakan presiden saat ini dibuat tidak lebih dari rakyat.

Dia memberikan contoh menghilangkan utang MSME, makanan gratis untuk anak -anak kita, mengumpulkan gaji guru dan hakim, pemeriksaan kesehatan gratis, untuk makanan mereka sendiri.

“Karena sebenarnya posisinya adalah cara perjuangan untuk kesejahteraan rakyat, bukan demi pribadi atau kelompok,” katanya.

Muzani mengungkapkan pencapaian terbesar partai Gerindra adalah orang yang berhasil memimpin Prabowo Subianto untuk menjadi presiden Republik Indonesia. Menurutnya, itu adalah pencapaian yang bisa dibanggakan, apalagi bertepatan dengan ulang tahun pesta.

Muzani menekankan bahwa partai Gerindra sejak awal pada 6 Februari 2008 adalah perjuangan. Dalam pemilihan 2009, Gerindra hanya memiliki 26 kursi di DPR. Namun, dia mengatakan Prabowo ingin Gerindra menjadi pesta besar.

“Sekarang semua orang tahu Gerindra, kami telah melalui proses yang panjang, bekerja keras, dan kejatuhan Mr Prabowo sendiri segera bergabung dalam perjuangan,” katanya.

Di akhir pidatonya, Muzani mengingat waktu yang paling bersejarah dalam karir politiknya, ketika ia harus membuka Prabowo Subianto sebagai presiden Republik Indonesia.

“Ini adalah waktu tersulit dalam hidup saya di dunia politik dan aktivisme, yang merupakan presiden Republik Indonesia,” kata Muzani.

“Dia adalah pemimpin kita, sosok yang selalu saya banggakan dan saya adalah bawahannya, tetapi dibuka,” katanya.

(Thr/chi)