Jakarta, Pahami.id —
Mikheil Kavelashvilimantan striker untuk klub Liga Premier Manchester Kotamenjadi fokus setelah terpilih menjadi Presiden Georgia dalam pemilu kontroversial di lembaga pemilihan nasional pada Sabtu (14/12).
Didukung oleh partai berkuasa Georgian Dream, mantan pesepakbola ini terpilih sebagai presiden Georgia dalam proses pemilu yang dikecam oleh oposisi dan para pemimpin Eropa sebagai “pemilihan ilegal”.
Kavelashvili juga menjadi satu-satunya calon presiden pada pemilu kali ini. Dia memenangkan pemilu melalui dewan pemilihan yang dikendalikan oleh Georgian Dream, setelah partai tersebut menghapus sistem pemilihan langsung melalui perubahan konstitusi kontroversial yang disahkan pada tahun 2017.
Kavelashvili masih dijadwalkan akan diresmikan pada 29 Desember, di tengah kerusuhan sosial yang sedang berlangsung. Ribuan pengunjuk rasa anti-pemerintah membanjiri Tbilisi selama berminggu-minggu, marah atas keputusan Georgian Dream yang menghentikan pembicaraan aksesi Uni Eropa.
Para pengunjuk rasa menyebut Kavelashvili sebagai “boneka” pendiri Georgian Dream dan miliarder Bidzina Ivanishvili.
Kavelashvili dikenal sebagai politisi sayap kanan dan pro-Rusia. Ia juga dikenal karena pidato dan pernyataan makiannya terhadap kritik terhadap pemerintah dan komunitas LGBTQ ketika ia menjadi anggota parlemen.
Mantan pemain sepak bola berusia 53 tahun itu juga getol mengkritik Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Profil Mikheil Kavelashvili
Lahir di kota kecil Bolnisi di barat daya Georgia pada tahun 1971, Kavelashvili memulai karirnya sebagai pesepakbola profesional pada tahun 1980-an. Selama itu, ia bermain untuk klub di Georgia dan Rusia, dan menjadi striker untuk tim nasional negaranya.
Karirnya yang semakin cemerlang sebagai atlet, Kavelashvili mulai bermain untuk Manchester City pada tahun 1995 hingga 1997. Bahkan ia mencetak gol pertamanya untuk Manchester City saat melawan rival sekota, Manchester United.
Dilaporkan AFPdia kemudian bergabung dengan klub Swiss Grasshoppers, meskipun sebagian besar waktunya dihabiskan di bangku cadangan. Setelah itu, ia pindah dan bermain di Zurich, Lucerne, Sion, Aarau, dan Basel.
Pada tahun 2015, Kavelashvili mencalonkan dirinya sebagai presiden Federasi Sepak Bola Georgia, tetapi didiskualifikasi karena dia tidak memiliki pendidikan tinggi yang diperlukan untuk posisi tersebut.
Setelah pensiun sebagai atlet, Kavelashvili kembali ke Georgia dan aktif dalam politik. Dia telah menjabat sebagai anggota parlemen untuk Georgian Dream sejak 2016 dan terpilih menjadi anggota legislatif dalam daftar partai pada pemilu Oktober 2024. Pihak oposisi menganggap pemilu tersebut curang.
Pada tahun 2022, Kavelashvili bersama anggota parlemen Impian Georgia lainnya membentuk faksi parlemen bernama People’s Power, sebuah kelompok anti-Barat yang secara resmi memisahkan diri dari partai yang berkuasa.
Politisi yang blak-blakan
Kavelashvili dikenal karena makiannya terhadap lawan-lawan politiknya dan sering menuduh para pemimpin Barat mencoba menyeret Georgia ke dalam perang Rusia-Ukraina.
Georgian Dream mencalonkan Kavelashvili sebagai presiden yang sebagian besar bersifat seremonial pada akhir November, sebagai upaya untuk memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan.
Namun, pencalonannya telah membuat marah banyak warga Georgia, terutama mereka yang turun ke jalan setiap hari selama dua minggu terakhir untuk memprotes Impian Georgia, yang dianggap menjauh dari tujuan negara tersebut untuk bergabung dengan Uni Eropa.
(rds/bac)