Berita Pernyataan Lengkap Haedar Nashir usai Muhammadiyah Terima Izin Tambang

by


Jakarta, Pahami.id

Pernyataan itu disampaikan Pemimpin Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir usai ormas keagamaan tersebut resmi mendapat izin usaha pertambangan atau izin pertambangan yang ditawarkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ia menilai pertambangan merupakan salah satu aspek yang harus dikelola di Indonesia. Namun pengelolaannya harus dilakukan dengan cara yang sehat.

“Kami ingin mengelola tambang dengan cara yang prososial dan prolingkungan,” kata Haedar dalam konferensi pers.


Ia juga menegaskan, apabila perkembangan pengelolaan pertambangan yang dilakukan Muhammadiyah tidak sesuai harapan, pihaknya siap mengembalikan Izin Usaha Pertambangan (IUP) kepada pemerintah.

Haedar juga menyampaikan, pengelolaan pertambangan ke depan dapat menjadi wadah pembelajaran bagi program studi terkait di perguruan tinggi yang berada di bawah organisasi tersebut.

Berikut pernyataan lengkap Haedar Nashir setelah Muhammadiyah mendapat izin pertambangan:

Ini adalah isu yang mendapat perhatian publik yang luar biasa, namun sebenarnya bagi kami, hal tersebut tidak seharusnya terjadi.

Pertambangan hanyalah salah satu dari sekian banyak aspek yang harus dikelola di Indonesia. Mineral itu utuh, hutan, lalu ladang, bahkan perikanan, dan sebagainya.

Bagi kami, semuanya harus dikelola, bukan dimusnahkan. Jadi itulah perbedaannya. Kami ingin mengelola, termasuk mengelola tambang, dan kami ingin mempunyai teladan pengelolaan tambang yang tidak merusak lingkungan dan tidak menimbulkan konflik dan kesenjangan sosial.

Sebaliknya, kami ingin mengelola tambang dengan cara yang pro-sosial dan pro-lingkungan. Tentu tidak mudah, namun kami adalah organisasi yang telah berusaha mengelola pendidikan, kesehatan, sosial, mulai merambah bisnis pembuatan hotel, dan lain sebagainya.

Sehingga menjadi tantangan bagi kami yang bertanggung jawab memanfaatkan IUP ini melalui badan usaha kami. Maka kita akan mengelolanya secara hati-hati dengan menghilangkan hal-hal problematis yang banyak berkembang di masyarakat saat ini.

Namun karena usaha pertambangan ini juga merupakan salah satu dari lalu lintas permasalahan dan pelaku penambangan tersebut, maka jika nantinya dalam perjalanan tim akan menemui berbagai jenis situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan pengelolaan pertambangan yang pro keadilan sosial, pro sosial. kesejahteraan, dan pro lingkungan, kami tidak akan memaksakan diri untuk akhirnya mengembalikan IUP secara bertanggung jawab.

Begitulah cara kita memasuki kehidupan dan saya percaya itulah perbedaan antara kita mengambil langkah tanggung jawab ini. Kalau sederhananya kita tidak masuk arena itu, itu akhir, tapi ini tantangan, tanggung jawab, kenapa kita tidak membuat model yang bisa kita lakukan karena ini akan digunakan di bidang lain.

Nah itu tugas tim yang kami bentuk….Kami tidak mau menolak atau menerima tanpa melalui proses kajian yang mendalam atau bahkan diskusi dialektis dengan suatu wilayah yang kebetulan terdapat wilayah pertambangan di dalamnya.

Jadi di situlah letak semangat keputusan ini. Dan kami mengapresiasi berbagai masukan kritis yang mengkhawatirkan dan akan menjadi masukan bagi tim untuk dikaji lebih lanjut. Sehingga kita dapat menemukan model bisnis yang pengelolaan pertambangannya pro keadilan sosial, pro kesejahteraan sosial, dan pro lingkungan hidup.

Bahkan mungkin ke depan, karena kita punya berbagai program studi, baik pertambangan dan kehutanan, pertanian, teknik lingkungan, lalu geologi, suatu saat kita bisa membuat model pengembangan reklamasi dan deforestasi. Lalu sekarang pun ada masalah penebusan, kan ke depan siapa tahu Muhammadiyah bisa bergerak ke arah itu.

Bahkan kalau bisa kedepannya, dengan seluruh kekuatan masyarakat dan para pengusaha kita bersama-sama, jika ada permasalahan lingkungan yang ada masalah daur ulang maka kita akan bekerja sama untuk menyelesaikannya.

Dan kita tidak mengejar keuntungan karena kalau kita memikirkan diri kita sendiri, insya Allah muhammadiyah saja sudah cukup.

(bulanan/ kum/ gil)