Berita Unila Investigasi Kematian Mahasiswa Diduga Korban Diksar Mapala

by
Berita Unila Investigasi Kematian Mahasiswa Diduga Korban Diksar Mapala


Jakarta, Pahami.id

Universitas Lampung (UNILA) membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kematian siswa Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) yang dicurigai melakukan kekerasan saat berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan dasar (Diploma) Unit Kegiatan Ekonomi Unit Lingkungan (Mahepel), November 2024.

“Kasus ini telah diambil alih oleh universitas. Rektorat Unila juga telah membentuk tim investigasi untuk mencari kebenaran dalam kasus kematian Pratama pada April 2025,” kata dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prof. Nairobi di Bandarlampung, Senin (2/6).

Dia menjelaskan bahwa Diksar Mahapel diadakan pada bulan November tahun lalu, diikuti oleh terlambat dan temannya Faris. Setelah kegiatan UNILA menerima laporan tentang salah satu peserta yang menderita gangguan pendengaran, itu didakwa dengan kekerasan dari orang tua.


“Pada waktu itu pelaporannya adalah Faris melalui orang tuanya, jadi kami segera diikuti oleh sidang kepemimpinan, dan meminta pihak -pihak yang relevan termasuk alumni yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut sebagai pelatih,” katanya.

Nairobi mengungkapkan bahwa selama persidangan, senior Mahapel mengakui bahwa ada penyalahgunaan tindakan dan meminta maaf dan bertanggung jawab atas korban, Faris.

“Kami juga membuat pernyataan bahwa suara itu, jika mengulangi hal yang sama, organisasi akan dibekukan. Kami pikir kasusnya sudah berakhir,” katanya.

Lima bulan kemudian, dia melanjutkan, hanya Pratama yang meninggal. Berita sedih itu kemudian dilaporkan secara luas karena dikatakan terkait dengan Dijsar Mahapel yang diikuti oleh almarhum dengan Faris.

“Pada bulan April, jika saya tidak salah, Pratama meninggal, petunjuk tumor otak setelah operasi, pada saat ini saya meminta wakil dekan untuk pergi ke rumah almarhum, jika Anda ingin mengklaim, tetapi pada saat itu, ibu yang meninggal tidak ingin mengklaim, ini dilakukan, kami pikir tidak ada masalah,” katanya.

Nairobi mengatakan kampus itu masih menunggu beberapa langkah dari keluarga almarhum.

“Meskipun kami menunggu itu, ternyata ada siswa demonstrasi yang menyalahkan orang -orang Mahapel atas kematian Pratama, tetapi kami tidak berperilaku karena tidak ada bukti kuat,” katanya.

Namun, dia juga mengatakan Unila sangat terbuka ketika kasus itu memasuki polisi.

“Kami siap untuk ditanyai oleh polisi, karena kasus ini diduga mengambil nyawa, kami bersedia membantu sebagai saksi dan memanggil siswa yang terlibat dalam masalah ini,” katanya.

Kematian siswa UNILA yang terkait dengan Mapala di Mapala juga terjadi pada tahun 2019. Aga Trias Tahta, siswa Unila FIP meninggal saat berpartisipasi dalam kegiatan Mapala Horizon Dijsar.

Hubungan Masyarakat Kepolisian Distrik Lampung pada saat itu, Kombes Pol Zahwani Pandra mengatakan disar itu diadakan dari 25 September hingga 29 September 2019 di turbin Dusun Cikoak, Kampung Tanjung Agung, distrik Teluk Pandan, ziarah distrik.

“Insiden itu diketahui oleh keluarga ke -29 (September) pada hari Minggu. Saya mendapat laporan ini dari kantor polisi publik,” kata Zahwani kepada CNNindonesia.com melalui telepon pada hari Minggu (6/10).

Informasi awal, AGA meninggal setelah tergelincir dan jatuh ke celah 15 meter. Kemudian terungkap bahwa ada tindakan kekerasan yang menyebabkan AGA mati dan dua siswa lainnya terluka.

Dalam hal ini ada 17 komite kegiatan yang ditentukan sebagai terdakwa. Mereka telah berada di pengadilan dengan berbagai keputusan dari 10 bulan penjara hingga 18 tahun penjara.

(Antara/wis)