Jakarta, Pahami.id —
Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu semakin dikutuk setelah mengajukan beberapa tawaran gencatan senjata Hamas Palestina.
Al Jazeera Memberitakan, semakin banyak pihak di Israel yang mendesak Netanyahu untuk mundur, terutama keluarga dari 137 sandera Israel yang saat ini ditahan oleh Hamas di Gaza.
Koalisi Netanyahu disebut-sebut semakin terpecah dan tidak memiliki satu suara, terutama dalam menghadapi agresi Israel di Palestina. Tak hanya di kalangan pemerintahan, desakan agar Netanyahu mundur juga muncul dari berbagai pihak sehingga membuat posisi sang PM semakin terkekang.
Menurut laporan Al Jazeera, Ada pihak-pihak di pemerintahan yang tidak setuju dengan langkah Netanyahu. Situasi itu tercermin dalam pembahasan kesepakatan pembebasan sandera Hamas sejak November lalu.
Saat itu, Israel dan Hamas sepakat untuk menerapkan jeda kemanusiaan selama satu minggu dengan dua perpanjangan. Kesepakatan itu mencakup pertukaran pembebasan sandera Hamas dan warga Palestina yang dipenjara di Israel.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Israel membebaskan 240 tahanan Palestina, sementara Hamas membebaskan 107 sandera, termasuk warga asing.
mengikuti Al Jazeera dan media lokal Israel, anggota partai sayap kanan dan Menteri Keamanan Itamar Ben Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich tidak setuju dengan kesepakatan dengan Hamas.
Namun Smotrich akhirnya mendukung langkah Netanyahu, namun Ben Gvir tetap menolaknya.
Tekanan lain juga muncul dari pihak oposisi atas keputusan pemerintah untuk melanjutkan perang di Gaza atau fokus memulangkan para sandera.
Sementara itu, keluarga para sandera terus mendesak pemerintah untuk segera membebaskan kerabat mereka yang masih disandera Hamas. Keluarga sandera juga memarahi Netanyahu dalam salah satu pertemuan mengenai upaya pembebasan mereka.
Belakangan ini, keluarga para sandera semakin menyerukan pengunduran diri Netanyahu karena gagal melindungi kerabat mereka. Pasalnya, beberapa sandera Hamas dilaporkan tewas dalam pertempuran antara milisi dan tentara Israel.
Beberapa sandera yang tewas bahkan diklaim Hamas tewas akibat tembakan tentara Israel.
Ada seruan balik dari keluarga para sandera setelah Netanyahu menolak persyaratan negosiasi Hamas mengenai pembebasan para sandera.
Hamas mengusulkan syarat penarikan total pasukan Israel di Palestina dan mengakui kelompok oposisi sebagai pemerintah di Jalur Gaza.
Netanyahu menilai situasi ini mengkhianati upaya pasukan Zionis dan operasi militer.
“Kami menolak syarat penyerahan militer yang diminta Hamas. Kami tidak bisa menjamin keselamatan rakyat kami jika kami menerimanya,” kata PM Israel.
Melihat situasi tersebut, reporter Al Jazeera Hamdah Salhut menilai tujuan yang telah digariskan tentara Israel sejak awal invasi tidak dapat dicapai secara bersamaan.
Netanyahu telah bersumpah untuk tidak menghentikan perang sampai Hamas dihancurkan dan sandera disandera. Namun, komitmen terhadap sandera ini tampaknya telah memudar.
“Mungkin Israel harus mempersiapkan penarikan total dan mengakhiri perang,” kata Salhut dalam laporan tersebut Al Jazeera.
(isa/rds)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);