Berita Mensos Pelajari Usul Demul Soal Vasektomi Syarat Terima Bansos

by


Jakarta, Pahami.id

Menteri Sosial Indonesia Saifullah Yusuf Alias ​​Gus Ipul Meninjau Proposal Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi pertanyaan Vasektomi Untuk seorang suami sebagai syarat keluarganya menjadi penerima program bantuan sosial untuk beasiswa.

“Ya, kami sedang mempelajari ide ini, jadi kami belajar semua keadaan, itu ide yang bagus untuk KB, keluarga berencana itu bagus, tetapi kami masih perlu waktu untuk belajar,” kata Gus Ipul di Istana Presiden Jakarta pada hari Rabu (30/4).


Dia juga menjelaskan mengapa ide itu tidak dapat diimplementasikan segera. Gus Ipul mengatakan distribusi bantuan harus melalui proses yang diambil oleh Kementerian Sosial.

“Jadi kami memprosesnya terlebih dahulu, kami belajar, seperti distribusi tahap pertama kami masih menggunakan data lama,” katanya.

Gus Ipul memberikan sebenarnya, selain KB, BPJS Health juga bisa menjadi pintu untuk mendistribusikan bantuan pemerintah.

“Jadi ada banyak pintu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, mendorong kehadiran keadilan, jadi saya masih perlu belajar,” katanya.

Sementara itu, Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono mengklaim belum membahas proposal vasektomi. Namun, kata Jabo, Kementerian Sosial yang dihormati dan terbuka untuk membahas proposal Dedi Mulyadi.

“Sebagai saran, tentu saja kami sangat terbuka dan penuh hormat,” kata Jabo kepada CNNindonesia.com pada hari Rabu.

Jabo juga menekankan bahwa Kementerian Sosial, dalam menentukan tujuan penerima bantuan sosial, merujuk pada undang -undang dan peraturan pemerintah yang relevan.

Dia mengatakan termasuk penyediaan bantuan sosial untuk Program Bantuan Makanan Non -Cash (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH).

“Kedua -Dua PKH dan BPNT, yayasan ini adalah hukum nomor 11 tahun 2009 tentang hukum dan hukum nomor 13 tahun 2011 tentang penanganan orang miskin, peraturan presiden 63 tahun 2017 tentang bantuan sosial yang belum dibayar, Permok Nomor 01 tahun 2018 di PKH, Permesos No. 4 dari 2023 di Bansos.

Jabo mengatakan Kementerian Sosial juga memberikan bantuan berdasarkan data solo sosial ekonomi negara (DTSEN) yang disediakan oleh pemerintah.

“Untuk bantuan program CPH selain memasuki orang miskin dan ekstrem di DTSEN, situasinya harus memiliki komponen, yaitu wanita hamil, ibu menyusui, anak sekolah dari sekolah dasar ke sekolah menengah,” katanya.

Namun, Jabo mengatakan penyediaan bantuan sosial yang dilakukan oleh pemerintah daerah tergantung pada aturan dan kebijakan masing -masing pemerintah daerah.

“Ya, jika bantuan sosial dari pemerintah federal melalui Kementerian Sosial adalah suatu kondisi, tetapi jika bantuan sosial dari pemerintah daerah, itu tergantung pada peraturan dan kebijakan wilayah tersebut,” katanya.

Dedi Mulyadi sebelumnya menyarankan vasektomi untuk suaminya sebagai kondisi keluarganya sebagai penerima manfaat dari program bantuan pemerintah provinsi.

Vasektomi adalah prosedur kontrasepsi permanen pada pria yang dilakukan dengan memotong atau menyumbat sperma (vas deferens) sehingga sperma tidak dapat mencapai semen selama ejakulasi.

Persyaratan vasektomi untuk suami digunakan sehingga pria dari keluarga miskin terlibat aktif dalam Program Keluarga Berencana (KB) yang mencoba mencapai kepadatan populasi untuk kesejahteraan masyarakat.

Dedi berencana menjadikan keanggotaan keluarga berencana sebagai syarat menerima bantuan dari beasiswa hingga berbagai bantuan sosial dari wilayah tersebut.

Ini, kata Dedi, yang bertujuan memberikan bantuan pemerintah, termasuk dari wilayah tersebut, bahkan lebih dan tidak fokus pada satu atau satu keluarga.

“Jangan beban reproduksi hanya wanita. Wanita tidak menanggung beban reproduksi, Sabab nu beukian mah salakina [karena yang ‘doyan’ pasti suaminya]. Pasti seorang pria. Mengapa pria harus? Karena misalnya wanita kemudian memiliki banyak masalah. Misalnya, lupa minum pil atau yang lain, “kata Dedi di Bandung, Senin (28/4) yang dikutip dari Di antara.

(MNF/MAB/WIS)