Jakarta, Pahami.id —
Media Arab menyoroti sikap pemerintah Republik Indonesia yang menolak rencana bantuan kemanusiaan dari Uni Emirat Arab (UEA) dan negara Arab satu lagi untuk korban banjir di Sumatera.
Duta Besar UEA Abdulla Salem Al Dhaheri juga mengatakan negaranya siap mengirimkan bantuan dan perbekalan.
Dilaporkan oleh situs Pemantau Timur TengahMenteri Luar Negeri Indonesia Sugiono mengatakan bantuan internasional masih belum diperlukan. Indonesia menanggapi bantuan tersebut dengan hati-hati pada tanggal 5 Desember.
Sekretaris Pemerintah RI Prasetyo Hadi pun mengatakan, pemerintah punya pertimbangan tersendiri terkait hal tersebut.
Sebelumnya, pada 1 Desember, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman melakukan komunikasi personal dengan Presiden Indonesia Prabowo Subianto.
Ia mengungkapkan “kesedihan yang mendalam”, diikuti dengan pesan serupa dari Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud.
Selain itu, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani juga menyampaikan belasungkawa.
Sultan Oman Haitham bin Tariq dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian juga menyatakan simpati atas tawaran Teheran untuk mengirimkan pasukan darurat.
Organisasi Kerjasama Islam (OKI), yang mewakili 57 negara mayoritas Muslim, juga menyerukan dukungan segera.
Timur Tengah dan Indonesia memiliki hubungan dekat dengan jutaan pekerja Indonesia yang tinggal di Arab Saudi, UEA, Qatar dan Oman.
Selain itu, dana kekayaan negara Teluk ini banyak berinvestasi pada infrastruktur dan pertanian Indonesia. Hal ini mendorong bantuan yang spontan dan tulus.
Bantuan beras dari UEA telah diserahkan kepada Muhammadiyah untuk disalurkan
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menanggapi Pemko Medan mengembalikan 30 ton beras dari UEA untuk korban banjir.
Tito mengatakan, bantuan beras sebanyak 30 ton tersebut kini telah diserahkan kepada Muhammadiyah untuk disalurkan.
“Kemudian beras ini diserahkan sesuai kesepakatan, kemudian diserahkan ke Puskesmas Muhammadiyah. Dalam rangka musibah ini, Muhammadiyah mendirikan pusat kemanusiaan di Medan,” kata Tito di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Jumat (19/12).
“Dan beras ini sekarang sudah ada di tangan Muhammadiyah. Dan nanti akan disalurkan oleh Muhammadiyah kepada masyarakat,” ujarnya.
Banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah memakan korban jiwa sebanyak 1000 orang dengan ratusan orang masih hilang, dan lebih dari 770.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Kerugian mencapai lebih dari US$3,1 miliar (sekitar Rp 51,6 triliun) yang menghancurkan fasilitas umum seperti jalan, jembatan, peternakan, sekolah, dan seluruh pemukiman.
Jaringan listrik dan komunikasi terputus dan menyebabkan sebagian wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terisolasi selama beberapa hari.
(rnp/bac)

