Jakarta, Pahami.id —
Kelompok milisi Hizbullah menyatakan dukungannya terhadap upaya pemerintah Libanon berjuang untuk gencatan senjata di negara itu, kapan Israel diserang sepenuhnya sejak 1 Oktober.
Wakil Ketua Hizbullah, Naim Qassem mengatakan, pihaknya secara terbuka mendukung upaya pemerintah untuk mengakhiri perang di Lebanon.
“Kami mendukung upaya politik (Ketua Parlemen) Nabih Berri untuk mencapai gencatan senjata,” kata Qassem dalam pidato yang disiarkan televisi, seperti dikutip AFP.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati dan Nabih Berri, sekutu dekat Hizbullah Syiah, telah berusaha mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah selama beberapa waktu. Negosiasi tersebut dimediasi oleh negara-negara Barat.
Sebelumnya, Hizbullah menegaskan tidak menginginkan gencatan senjata dengan Israel jika Negara Zionis tidak menghentikan serangannya ke Jalur Gaza Palestina. Namun kini, setelah Lebanon mulai diserang secara brutal, Hizbullah telah melonggarkan kondisi tersebut.
Pasukan militer Israel telah melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan sejak pagi hari tanggal 1 Oktober. Tentara Zionis mengklaim invasi tersebut bersifat terbatas dan hanya untuk menetralisir wilayah perbatasan.
Invasi tersebut dilancarkan setelah Israel dan Hizbullah terlibat pertempuran sengit selama setahun terakhir. Invasi juga dilancarkan setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pada 27 September.
Menurut Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdallah Bou Habib, sebelum meninggal, Nasrallah sudah menyetujui gencatan senjata sementara yang diminta oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan beberapa negara di PBB terakhir (PBB). ) Bulan Majelis Umum.
Namun, Israel membunuh Nasrallah tak lama kemudian.
Setelah kematian Nasrallah, beberapa pejabat AS mengatakan kepada CNN bahwa pemerintahan Biden sebenarnya tidak mendorong gencatan senjata di Lebanon.
AS disebut-sebut fokus pada Iran yang menyerang Israel dengan ratusan rudal balistik di hari yang sama ketika Negara Zionis menyerang Lebanon selatan.
Komentar juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengenai keinginan Hizbullah untuk melakukan gencatan senjata juga memperjelas posisi AS.
Miller mengejek Hizbullah karena tiba-tiba menginginkan gencatan senjata setelah dengan keras kepala menolak gagasan tersebut selama setahun.
“Selama setahun dunia menyerukan gencatan senjata tetapi Hizbullah menolaknya. Dan sekarang ketika Hizbullah dihancurkan dan dikalahkan, tiba-tiba mereka berubah pikiran dan menginginkan gencatan senjata,” ujarnya.
Miller juga menekankan bahwa AS “mendukung upaya Israel untuk mengurangi kemampuan Hizbullah”. Namun, Washington juga ingin melihat solusi diplomatis atas konflik ini.
(blq/dna)