Berita Lahan Basah Tropis Terbesar Dunia di Brasil Terbakar

by


Jakarta, Pahami.id

Lahan basah tropis terbesar di dunia di Brazil, pantanaldibakar

Pemandangan lahan basah dari udara menunjukkan asap mengepul dan warna oranye terang dari api yang menyala. Berdasarkan foto Reuters, kebakaran tersebut menyebabkan sejumlah hewan liar ikut terbakar. Beberapa kerangka satwa liar, termasuk buaya, monyet, dan ular terlihat di foto.

Menurut CNN, Institut Penelitian Luar Angkasa Nasional (INPE) Brasil telah mendeteksi 733 titik api di bioma Pantanal sepanjang Juni. Sedangkan rekor titik api di Pantanal khusus bulan Juni sebelumnya tercatat sebanyak 435 titik api pada tahun 2005.


Menurut Institut Meteorologi Nasional Brasil (INMET), negara bagian Mato Grosso do Sul, yang mencakup 60 persen wilayah Pantanal di Brasil, berada di bawah peringatan bahaya gelombang panas yang diperkirakan akan melanda dengan suhu 5 derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata suhu rata-rata selama setahun. tiga sampai lima hari ke depan.

World Wildlife Foundation (WWF) Brazil telah memperingatkan bahwa tahun 2024 bisa menjadi tahun terburuk bagi Pantanal karena musim kemarau baru saja dimulai.

Selain itu, berdasarkan data INPE, angka kebakaran pada tahun ini menunjukkan peningkatan sebesar 898 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Penting untuk bertindak cepat dengan memperkuat pasukan pemadam kebakaran dan dengan dukungan masyarakat lokal untuk menghindari bencana,” kata analis konservasi WWF Brazil Cynthia Santos dalam pernyataan resmi.

Mengapa sering terjadi kebakaran di lahan basah Pantanal?

Habitat khas Pantanal bergantung pada apa yang oleh para ilmuwan disebut sebagai ‘denyut banjir’.

Selama musim hujan antara bulan November-Maret, tiga perempat dataran tergenang air, dan sebagian besar air mengering selama musim kemarau, dari bulan April-September.

Banjir musiman ini menjadikan Pantanal sebagai bioma yang unik, dimana lahan yang luas sering berubah dari habitat darat menjadi habitat perairan atau sebaliknya.

Lahan basah seperti Pantanal adalah penyerap karbon paling efektif di bumi. ekosistem yang menyerap dan menyimpan lebih banyak karbon daripada yang dilepaskannya, sehingga menghilangkannya dari atmosfer.

Dengan luas sekitar 200 ribu kilometer persegi, Pantanal mencakup sekitar 3 persen lahan basah dunia dan berperan penting dalam siklus karbon.

Ketika ekosistem kaya karbon ini terbakar, sejumlah besar gas yang memerangkap panas dilepaskan kembali ke atmosfer, sehingga berkontribusi terhadap efek rumah kaca.

Menurut World Wide Fund for Nature (dikenal sebagai World Wildlife Fund di AS dan Kanada), Pantanal memiliki konsentrasi satwa liar terbesar di Amerika Selatan, lebih tinggi dibandingkan tetangganya yang lebih terkenal di utara, Amazon.

Kawasan ini adalah rumah bagi ribuan spesies yang terancam punah, termasuk jaguar, kapibara, caiman hitam, berang-berang raksasa, dan macaw eceng gondok. Ini juga merupakan perhentian penting di jalur sekitar 180 spesies burung yang bermigrasi.

Menurut organisasi non-pemerintah (LSM) lingkungan hidup ECOA, lahan basah menghadapi ‘skenario krisis hidrologi’ akibat kekeringan parah. Kurangnya curah hujan akan mulai terjadi pada tahun 2023 dan diperparah dengan fenomena El Nino yang sedang berlangsung.

Kebakaran hutan yang terjadi sesekali sering terjadi di Pantanal, sedemikian rupa sehingga beberapa tanaman di wilayah tersebut menjadi resisten terhadap api, misalnya dengan menumbuhkan kulit kayu yang tebal atau menutupi bijinya dengan cangkang yang keras.

Pada tahun 2020, kebakaran ini menghancurkan habitat unik dan menghancurkan mata pencaharian berbagai komunitas adat di Pantanal.

(Del/Agustus)


!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);