Jakarta, Pahami.id —
Menteri Kehakiman dan penasihat presiden Palestina Mahmoud Al Habbash mengungkap masa depan Jalur Gaza setelah Yahya Sinwar ditunjuk memimpin kelompok Hamas yang menguasai wilayah tersebut.
Sinwar menjadi pemimpin politik Hamas menggantikan Ismail Haniyeh yang terbunuh di Teheran, Iran. Hal itu disampaikan Al Habbash saat menghadiri konferensi pers yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta Pusat, Kamis (8/8).
“Kami berharap perpecahan yang terjadi saat ini akan berakhir dan persatuan akan tercapai,” kata Al Habbash ketika ditanya tentang masa depan Gaza dan perundingan gencatan senjata setelah Hamas dipimpin oleh Sinwar.
Di Palestina terdapat sejumlah suku yang mempunyai tujuan kemerdekaan yang sama namun arahnya berbeda. Mereka adalah Hamas dan Fatah.
Namun kedua faksi ini telah berperang sejak 2007. Hamas menguasai Gaza, sementara Fatah memimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang dianggap sebagai pemerintah sah negara tersebut dan berkantor di Ramallah.
Hamas menggunakan metode yang lebih keras atau militer untuk membebaskan Palestina, sedangkan Fatah menggunakan pendekatan negosiasi.
Kemudian beberapa bulan lalu, Hamas dan Fatah menyetujui perdamaian yang ditengahi oleh China. Persatuan ini dianggap sebagai pintu gerbang menuju kemerdekaan Palestina.
“Gaza adalah bagian penting [Palestina] serta Tepi Barat dan Yerusalem yang merupakan ibu kota Palestina [berdasarkan perbatasan 1967],” kata Al Habbash.
Ia kemudian mengatakan, “Kami tidak akan menyerah dan tidak akan menerima sebagian Palestina terpecah belah.”
Palestina menjadi fokus dunia setelah Israel melancarkan invasi ke Gaza pada Oktober 2023. Akibat operasi tersebut, lebih dari 39.500 orang tewas.
Komunitas internasional terus menyerukan gencatan senjata permanen. Namun seruan tersebut belum dilaksanakan.
Pembicaraan gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat seringkali menemui jalan buntu ketika membahas durasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan. Diskusi ini semakin alot setelah pemimpin Hamas sebelumnya, Ismail Haniyeh, diduga dibunuh oleh Israel.
(isa/rds)