Jakarta, Pahami.id —
Jumlah kematian sebagai akibatnya Topan Yagi yang menyebabkan banjir dan tanah longsor bahasa Vietnamkini bertambah menjadi 226 orang hingga Kamis (12/9) waktu setempat.
Lebih dari 100 orang masih hilang, dan sekitar 800 orang luka-luka akibat bencana ini.
Di Vietnam utara, tanah longsor dan banjir bandang masih menggenangi beberapa wilayah, sementara banjir juga masih terjadi di beberapa distrik di ibu kota Hanoi.
Pemerintah kota Hanoi sebelumnya mengevakuasi ribuan orang yang tinggal di dekat Sungai Merah yang meluap, dimana permukaan air telah meningkat ke tingkat tertinggi dalam 20 tahun.
“Ada banyak kesedihan dan kecemasan di kota ini menjelang malam. Banyak orang yang tidak punya apa-apa kini kehilangan segalanya,” kata CEO Blue Dragon Children’s Foundation, Skye Maconachie.
Hal senada juga diungkapkan warga Provinsi Thai Nguyen, Hoang Van Ty. Ia mengaku tak menyangka rumahnya akan terendam air sedalam itu.
“Pakaian dan perabotan saya semua terendam air. Banyak barang juga hanyut, tapi untung saya menutup pintunya sehingga banyak orang yang bisa diselamatkan,” kata Hoang.
Pada Kamis malam (12/9), badan prakiraan cuaca pemerintah menyebutkan sungai di Hanoi mulai surut.
Tanah longsor dan banjir telah menenggelamkan lebih dari 200 ribu hektar sawah dan tanaman pangan di Vietnam utara. Topan Yagi juga berdampak pada pasokan listrik dan pabrik di provinsi Haiphong dan Quang Ninh.
Sementara itu, sejauh ini Kementerian Luar Negeri RI memastikan belum ada laporan WNI yang terkena dampak Topan Yagi di Vietnam.
“KBRI Hanoi (KBRI) di Hanoi telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan masyarakat Indonesia,” kata Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha, Kamis (12/1). 9).
Hingga saat ini belum ada informasi mengenai WNI yang menjadi korban, tambah Judha.
Berdasarkan data yang dihimpun KBRI Hanoi berdasarkan data yang dilaporkan sendiri, terdapat 951 WNI di Vietnam. Mayoritas penduduk Indonesia tinggal di Vietnam bagian selatan.
(dna/bac)