Jakarta, Pahami.id –
Pemindai Militer Amerika Serikat mendeteksi 70 potensi kehidupan dari para korban yang hilang di bawah runtuhnya gedung kantor audit negara yang runtuh sebagai hasilnya gempa bumi Luar biasa di BangkokThailand.
Sensor yang dikirim oleh militer AS mendeteksi tanda -tanda kehidupan di tengah reruntuhan bangunan antara lantai 1 dan 21 di mana sebagian besar pekerja menghilang ketika gempa bumi terjadi.
Namun, dikutip dari Bangkok PostWakil Gubernur Bangkok Tavida Kamolvej mengklaim bahwa 70 tanda telah menghilang. Namun, enam dari mereka telah diidentifikasi sebagai tubuh manusia.
Bangunan itu sebelumnya runtuh, dan menyebabkan keberadaan korban yang tidak diketahui. Tim penyelamat mengklaim telah bekerja paling baik untuk menemukan korban. Tetapi mereka masih mengalami kesulitan menyelamatkan korban yang terperangkap.
Gedung Kantor Audit Negara Bagian 30 Berlebihan sedang dibangun. Jadi tidak ada cetakan biru atau cetakan biru lengkap. Selain itu, dinding bangunan juga memiliki ketebalan sekitar satu meter, sehingga penggalian menjadi sulit.
Selain itu, petugas masih terlalu terpapar alat berat untuk digali. Pekerja secara bertahap harus memindahkan puing -puing, mengangkat dan membersihkannya dari atas ke bawah.
Proses penyelamatan sekarang memasuki hari kelima, dan prosesnya terus dikoordinasikan dengan tujuan menabung sebanyak mungkin.
Pemerintah Kota Bangkok mengatakan korban tewas telah mencapai 13 orang dan 19 orang terluka, dengan banyak orang lain hilang.
Pemerintah Thailand juga menyelidiki gedung pencakar langit di Bangkok yang runtuh efek gempa bumi. Bangunan buatan Cina penuh dengan keruntuhan yang tinggi selama runtuh saat masih konstruksi.
Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra mengatakan pemerintah berbicara tentang penyebab bangunan itu. Karena, Thailand telah membangun banyak gedung pencakar langit sebelumnya.
“Saya punya pertanyaan dalam pikiran saya, apa yang terjadi sejak pertama kali dirancang? Bagaimana desain ini disetujui? Ini bukan bangunan pertama di negara ini,” kata Shinawatra.
“Kita perlu menyelidiki di mana kesalahannya,” katanya.
(Thr/dal)