Tahun 2024, BRI Optimistis Arungi Iklim Bisnis – Berita Jatim

by
Tahun 2024, BRI Optimistis Arungi Iklim Bisnis

Pahami.id – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI memiliki keyakinan yang tinggi untuk menghadapi iklim usaha di tahun 2024, karena memiliki landasan yang kuat, salah satunya ditunjukkan dari kecukupan likuiditas.

Direktur Utama BRI, Sunarso mengakui likuiditas perekonomian saat ini sedang ketat. Namun industri perbankan masih terbatas dalam mendorong pertumbuhan.

Apalagi khusus BRI per September 2023 memiliki rasio likuiditas yang baik. Hal ini tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI yang sebesar 87,76%. Menurut dia, angka tersebut menunjukkan bank masih memiliki ruang untuk tumbuh.

“Karena menurut saya BRI harus mengelola LDR secara optimal pada level antara 90% hingga 92%. Kalau di atas 92% tinggi, kalau di bawah 90% menurut saya harus digenjot dulu kreditnya. “Sehingga dana yang ada di perbankan dapat disalurkan secara efektif dan produktif kepada masyarakat dalam bentuk kredit,” ujarnya.

Sunarso melanjutkan, selain itu Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal BRI berada di angka 27,48%. Persentase itu berarti jauh lebih dari cukup. Sebab sebenarnya untuk menutup seluruh risiko mengacu pada ketentuan Basel II, CAR yang dibutuhkan hanya berkisar 17,5%.

Oleh karena itu, dengan CAR sebesar 27,48%, menurutnya perseroan masih memiliki kelebihan modal. Oleh karena itu, Sunarso menyimpulkan jika setiap tahun BRI hanya membutuhkan tambahan ‘penggunaan’ CAR sebesar 2%, maka selama 5 tahun ke depan Perseroan tidak membutuhkan tambahan modal.

“Tidak perlu menambah modal dan kami masih bisa tumbuh agresif. Saya pikir itu mungkin hal yang paling penting. Jadi saya simpulkan, situasi likuiditas BRI bagus, tercermin dari LDR-nya yang masih tergolong rendah, kredit masih bisa kita dorong. “Kemudian untuk mendorong kredit, permodalannya juga sangat tinggi, sangat mencukupi untuk mendukung pertumbuhan,” tegasnya.

Optimisme Sektor Perbankan

Sunarso menjelaskan, kepercayaan yang dirasakan BRI cenderung dirasakan oleh industri perbankan meski likuiditas sedang ketat. Sunarso yang juga Ketua Umum Himpunan Bank-bank Nasional (Himbara) mengatakan, LDR bank-bank BUMN berada pada kisaran 89,31% hingga September 2023, dan relatif aman karena tidak melebihi 92%.

Hal ini ditopang oleh pertumbuhan kredit Himbara yang mencapai 10,94%. Bahkan BRI sendiri hingga September 2023 kreditnya tumbuh 12,5% secara tahunan atau melebihi pertumbuhan kredit industri perbankan yang berkisar 8%.

Sunarso juga mengatakan likuiditas meningkat drastis selama pandemi Covid-19 pada periode 2021 dan 2022, dengan rata-rata di atas Rp700 triliun di pasar perbankan. Namun pada periode Januari-Oktober 2023 rata-ratanya hanya Rp 564 triliun.

Hal ini menunjukkan likuiditas perbankan memang sedang mengetat. Kendati demikian, kata dia, hal itu masih bisa mendorong pertumbuhan dalam batasnya. Pertumbuhan kredit Himbara terbukti masih mampu tumbuh di atas rata-rata perbankan.

“Persaingan antar bank pasti akan terjadi dalam penggalangan dana. Kita benar-benar perlu mendorong persaingan. “Namun yang perlu dijaga adalah likuiditas ini tidak terkonsentrasi pada beberapa bank tertentu saja,” tutupnya.