Pahami.id – Mendengar keluhan warga Asemrowo, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kaget setelah mendengar pengakuan warga yang ternyata masih memiliki banyak rumah tanpa surat-surat lengkap hingga keluar kata “Ajur” (hancur).
Beberapa keluhan warga disampaikan langsung kepada Datuk Bandar Eri Cahyadi, mulai dari minimnya lampu jalan umum (PJU), drainase, banjir, hingga tong sampah dan gerobak. Orang nomor satu di Kota Pahlawan itu akhirnya menemukan jalan terbaik bagi warga Asemrowo Surabaya.
“Saya tidak tahu cara pasang PJU secara langsung. Kok kampung Suroboyo tidak nyalain lampu, saya ke pinggiran Suroboyo (saya pesan langsung pasang PJU. Kalau ada kampung, ada Surabaya tidak ada lampu, jadi ingat kalau mau keluar kota Surabaya,” kata Eri Cahyadi, Rabu (15/3/2023).
Soal saluran air, banjir, bahkan pengaspalan di Asemrowo, Eri sempat mempertanyakan surat-surat rumah warga, apakah warga di Asemrowo sudah memiliki sertifikat rumah? Hal ini dipertanyakan oleh Eri, mengingat banyaknya bangunan liar di kawasan Asemrowo sendiri.
Mendengar jawaban warga, soal rumah yang tidak mencantumkan surat pemilik, Eri spontan berkata: “Ajur, bidadiri,” (hancur, susah begini).
“Kalau tidak ada suratnya bagaimana? Kalau kita pasang paving dan gorong-gorong, maka pemegang surat resmi itu akan menggugat Pemkot,” tambah Eri sambil geleng-geleng kepala tak percaya.
Setelah menerima keluhan warga, Eri Cahyadi mengajak warga dan Pemkot Surabaya untuk bergotong royong membangun kota ini, agar kedepannya warga juga menikmati kesejahteraan jika maju bersama.
“Warga dan pemkot bersatu, saling menguatkan untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Sekarang saatnya kita menjadi satu bagian, makanya saya ingin tahu apa yang diperlukan. Agar pemerintah dan DPRD bisa juga menyiapkan anggaran, mereka harus tahu apa yang menjadi prioritas rakyat,” ujar Eri.
Terkait banjir yang dialami Asemrowo sendiri sudah cukup lama, Eri membenarkan minimnya drainase di kawasan tersebut.
“Sebelumnya ada warga yang melaporkan banjir. Saya tanya ada saluran atau tidak. Ternyata ada warga yang sudah mengerjakan trotoar. Ya setengahnya saya kerjakan. Selebihnya saya kerjakan,” jelasnya.
Eri berharap warga juga turut berkontribusi dalam pembangunan saluran air untuk rumah mereka sendiri, agar kedepannya warga lebih memiliki rasa memiliki dan terus menjaga agar tidak ada sumbatan.
“Tetap harus ada iuran dari warga, kalau membangun rumah tanpa saluran kenapa? Mudah-mudahan nanti saluran-salurannya siap, akhirnya mereka punya rasa memiliki dan mereka akan merawatnya,” kata Eri.
“Ini bukan dasar untuk mencari nama, tapi ini harus diteladani, sehingga bisa menimbulkan rasa masyarakat seperti apa,” ujarnya.
Kontributor: Dimas Angga Perkasa