Makam Rio, Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya Dibongkar, Hasil Autopsi Lambungnya Luka – Berita Jatim

by
Makam Rio, Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya Dibongkar, Hasil Autopsi Lambungnya Luka

Pahami.id – Makam mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya, M. Rio Ferdinand, di Mojokerto telah dibuka untuk diautopsi. Otopsi dilakukan oleh Tim Forensik Polda Jatim dan Inafi Polrestabes Surabaya.

Pembongkaran ini dilakukan pada Minggu (1/5/2023) kemarin. Rio sendiri ditemukan tewas bersimbah darah di kamar mandi kampus perkapalan. Rio adalah anak dari Aiptu Mochammad Yani, seorang polisi.

Saat dikonfirmasi melalui telepon genggamnya, Mochammad Yani mengatakan, tim forensik yang melakukan otopsi pada tubuh Rio menemukan luka di perut yang diduga akibat pukulan keras di perut.

“Sebelumnya proses otopsi dimulai pukul 11.15 WIB dan selesai sekitar pukul 14.30 WIB. Saya juga diberitahu oleh petugas, katanya, ada goncangan kuat di perut,” katanya seperti dikutip beritajatim.com, media jaringan, suara.com, Selasa (2/7/2023).

Ditanya lebih lanjut mengenai hasil otopsi, pria yang bertugas sebagai Kapolsek Kutorejo Polsek Mojokerto ini mengatakan, menunggu hasil akhir dari Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Jatim dan Surabaya. penyidik ​​Polri.

Namun, dia berharap segera ada titik terang terkait kasus yang ditangani Bareskrim Polrestabes itu. “Kalau memang anak saya dianiaya, penyidik ​​bisa langsung mengungkap dan mengamankan pelakunya,” imbuhnya.

Sementara dari informasi yang dihimpun beritajatim.com, polisi saat ini belum mengizinkan 2 dari 13 saksi yang diperiksa untuk pulang.

Sebelumnya diberitakan beritajatim.com, makam mahasiswa Politeknik Maritim (Poltekpel) di Makam Desa Puloniti, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto telah digali (dibongkar). Penggalian dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kematian korban.

Anggota Polrestabes Surabaya bersama Tim Forensik Polda Jatim melakukan penggalian kuburan mahasiswa tingkat 1. Proses penggalian melibatkan tim penggali kuburan, sedangkan anggota Polres Bangsal mendapatkan lokasi dari masyarakat yang menyaksikan proses penggalian.

“Tujuan penggalian ini adalah agar Tim Forensik Polda Jatim dapat menentukan penyebab kematian, sehingga sangat penting dalam rangka penyidikan,” kata Karesmob Polrestabes Surabaya, AKP Zainul Abidin, Selasa (7/7). /7/2018). 2/2023).

Pemerhati kekerasan dalam dunia pendidikan

Isa Ansori, pengamat pendidikan dan anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur mengatakan, kasus kekerasan di ruang pendidikan tidak boleh terjadi.

Kasus seperti M. Rio hanya memperburuk wajah pendidikan di Indonesia. Karena sebenarnya menurut Isa, pendidikan berfungsi untuk menyadarkan orang-orang jahil, orang-orang yang tidak beradab menjadi beradab. Orang yang tidak sopan menjadi sopan.

“Supaya dalam tujuan pendidikan ada etika untuk bisa menghargai dan menghormati orang lain. Nah masalahnya, lalu ada kasus yang bagi saya adalah perampokan. Merampok hak hidup orang lain, merampok kedamaian orang lain di dunia. lingkungan pendidikan,” kata Isa.

Isa meyakini lembaga pendidikan telah menjalankan norma-norma yang sejalan dengan tujuan pendidikan. Meskipun demikian, penerimaan terhadap norma-norma yang telah disampaikan oleh lembaga tersebut dapat berbeda pada setiap peserta didik.

“Mahasiswa A dan B bisa menerima resepsi yang berbeda. Sehingga pada tataran penerimaan proses, ada variabel lain yang tidak bisa dikontrol oleh dosen atau lembaga pendidikan sehingga berujung pada kekerasan dan kematian,” kata Isa.

Dengan adanya kasus meninggalnya M. Rio di kamar mandi Politeknik Pelayaran Surabaya, Isa mengimbau agar berbagai pihak yang terlibat dapat saling membantu untuk mengungkap hal tersebut secara gamblang. Selain itu, dengan adanya kejadian tersebut, seharusnya lembaga pendidikan memerlukan evaluasi agar kejadian serupa tidak terjadi di kemudian hari.

“Para pelanggar hukum harus dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukannya. Selain itu harus dievaluasi. Jangan dikira pendidikan yang diajarkan tadi memiliki unsur-unsur yang membentuk karakter kuat,” ujarnya.

“Artinya ada ketegasan yang tidak terkendali kemudian berubah menjadi kekerasan. Artinya berada dalam wilayah kendali kekuasaan lembaga. Kalau lembaga mengakui hal seperti ini, paling tidak pimpinan lembaga atau lembaga itu sendiri bisa menjelaskan lebih terbuka agar tidak terjadi berbagai anggapan,” ujarnya.

Perlu diketahui, M. Rio (19), korban penganiayaan orang tua di Politeknik Pelayaran Surabaya, Gunung Anyar, masih kuliah di tahun pertamanya.

Maklum M. Rio baru mengenyam pendidikan selama 5 bulan. Diketahui M. Rio ditemukan tewas berlumuran darah pada Minggu (2/5/2023).

Ayah korban, Muhammad Yani mengatakan, menerima kabar kematian anaknya pada pukul 22.48 WIB. Ia mendapat kabar bahwa anaknya meninggal akibat terpeleset di kamar mandi oleh dosen pembimbing Politeknik Pelayaran Surabaya.

“Setelah saya cek kondisi jenazah berapa lukanya. Saya curiga mungkin ada penganiayaan. Soalnya bibirnya bengkak dan pecah-pecah,” ujarnya lagi.

“Kemudian hidung kanan juga bengkak. Dahi kiri dan kanan memar. Pipi, leher, dan dada semua luka bakar dan memar. Kemudian mulut mengeluarkan darah, tidak henti-hentinya,” kata Muhammad Yani, Senin (2/6/2019). 2023).

Sementara itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya, AKBP Mirzal Maulana membenarkan pihaknya telah memanggil 12 saksi dan mengumpulkan berbagai bukti untuk mengungkap kasus ini. Bahkan, polisi akan membuka kembali makam M. Rio untuk dilakukan otopsi mendalam.

“Akan melibatkan Tim Forensik, Tim Inafis, pihak kepolisian tempat korban dimakamkan dan tentunya keluarga korban,” kata Mirzal.