Pahami.id – Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa mengimbau setiap ibu hamil untuk waspada dan menjaga kesehatan tubuhnya agar terhindar dari preeklamsia dan komplikasi dengan rajin melakukan pemeriksaan. Tegasnya, pemeriksaan dan skrining adalah wajib, terutama bagi ibu hamil yang berisiko tinggi.
“Ibu hamil harus rajin dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan atau puskesmas terdekat. Karena dengan pemeriksaan rutin, potensi bahaya preeklampsia bisa dihindari,” ujarnya di Grahadi State Store pada Hari Preeklampsia Sedunia hari ini, Senin (22/4/2023).
Khofifah mengajak ibu hamil untuk melakukan deteksi dini kehamilannya di puskesmas setempat. Hal ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana potensi terjadinya preeklampsia. Sehingga ketika Tenaga Kesehatan melihat adanya potensi (preeklampsia) akan segera diambil langkah tindakan.
Selain itu, kata Khofifah, kematian ibu melahirkan masih menjadi masalah di beberapa daerah di Jawa Timur. Ia kembali menegaskan upaya penanggulangan AKI terutama akibat preeklampsia dapat diatasi dengan peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan kerjasama antara puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan, perawat dan OB-GYN.
“Jadi fasilitas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan harus lebih mudah. Kerjasama bisa mendukung lebih intensif, rumah sakit, puskesmas, ibu, bidan dan perawat terdidik. Selama ini rujukan ibu hamil sulit mendapatkan tempat untuk rumah sakit, dengan adanya rumah sakit ini lebih cepat, respon lebih cepat, pelayanan lebih baik sehingga ibu terbantu,” jelasnya.
Sementara itu, upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) membuahkan hasil yang menggembirakan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jatim, jumlah kematian ibu di Jatim pada tahun 2022 sebanyak 499 kasus. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2021 sebanyak 1.279 kasus.
Dengan total 499 kematian ibu pada tahun 2022, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berhasil mencatatkan angka kematian ibu terendah dalam 7 tahun terakhir. Pada tahun 2016, jumlah kematian ibu di Jawa Timur mencapai 534 kasus. Pada 2017 turun menjadi 529 kasus.
Kemudian pada tahun 2018 turun lagi menjadi 522 kasus. Demikian pula pada tahun 2019 berhasil diturunkan menjadi 520 kasus. Sedangkan pada tahun 2020, jumlah kematian ibu tercatat sebanyak 565 kasus. Dan pada tahun 2021 terdapat 1.279 kasus.
“Segala upaya akan kami utamakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu hamil. Karena sekali lagi, preeklampsia merupakan masalah yang harus segera diselesaikan,” pungkas Khofifah.
Tak hanya itu, Gubernur Khofifah juga menegaskan bahwa pencegahan dan pengobatan preeklampsia juga sangat bergantung pada kondisi pelayanan kesehatan. Karena itu, ia mendorong setiap unit pelayanan kesehatan untuk turut serta menjadi yang terdepan.
“Garis depan pelayanan kesehatan masyarakat, pemerintah provinsi dan petugas kesehatan serta penyuluh harus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang preeklampsia,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dr. Erwin Astha Triyono, dr., Sp.PD., KPTI. berkomitmen untuk terus mengambil langkah percepatan penurunan AKI/AKB di Jawa Timur.
“Kami bersama seluruh Dinas Kesehatan kabupaten/kota telah melakukan berbagai upaya percepatan penurunan AKI/AKB, salah satunya dengan meningkatkan jumlah kunjungan pelayanan antenatal care dari 4 kali menjadi 6 kali dimana pada trimester 1 dan 3 dokter berperan. berperan aktif dalam skrining prenatal dengan skrining ultrasonografi terbatas. , serta skrining pre-eklampsia pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu,” jelas dr. Erwin.
Selain itu juga meningkatkan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan bayi baru lahir dengan kunjungan neonatus, sistem rujukan, dan pemberian bantuan ke rumah sakit kabupaten/kota untuk lokus AKI-IMR dari rumah sakit rujukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yaitu RSUD dr. . Sutomo dan RSUD dr. Saiful Anwar.
“Pemberdayaan masyarakat juga penting, oleh karena itu kami juga menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam mendukung program kesehatan ibu dan anak melalui gerakan ibu hamil sehat, kelas ibu hamil, kelas ibu balita, posyandu, pemanfaatan buku KIA serta perencanaan dan pencegahan kelahiran. komplikasi. (P4K) dan didukung oleh TP PKK/Ormas,” jelas Dr. Erwin