Pahami.id – Sejumlah suporter klub Arema FC yang dikenal dengan nama Aremania menemui Manajer Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir.
Wakil Aremania Ahmad Ghozali mengatakan dalam pertemuan itu, meminta kepada pimpinan umum PSSI untuk menuntaskan persoalan korban Tragedi Kanjuruhan.
“Banyak hal yang kami sampaikan kepada Ketum terkait dengan trauma peristiwa Kanjuruhan yang dirasakan sangat berat,” ujar Ahmad seperti dikutip DI ANTARA pada Sabtu (4/3/2023).
Ahmad menjelaskan, sebagai perwakilan dari Aremania, dirinya meminta agar program trauma healing bagi korban tragedi Kanjuruhan segera diselesaikan. Tragedi itu terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022.
Penyelesaian program trauma healing, lanjutnya, penting karena menyangkut kondisi psikologis para korban Aremania dan sepak bola Indonesia secara umum.
“Kami berharap program trauma healing bisa diselesaikan. Ini penting, karena terkait dengan kondisi psikologis dan tentunya sepak bola ke depan,” ujarnya.
Perwakilan Aremania lainnya, Yonesa Murlian Permadansah, berharap proses renovasi Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang bisa dipercepat karena tim Singo Edan perlu persiapan menghadapi kompetisi musim depan.
“Saya hanya menyampaikan usulan untuk mempercepat renovasi Stadion Kanjuruhan agar aktivitas sepak bola di Malang kembali normal,” ujarnya.
Sementara itu, General Manager PSSI yang juga Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan memberikan perhatian khusus kepada 135 korban yang meninggal dunia dalam peristiwa memilukan tersebut.
“Sebelum jadi Ketua Umum PSSI, saya adakan acara. Seharusnya dananya sudah disalurkan. Kemudian, bisa dipastikan mengirimkan surat kepada saya, program trauma healing seperti apa yang diharapkan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Erick juga memberikan masukan kepada manajemen Aremania dan Arema FC yang merupakan pemegang saham mayoritas PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (PT AABBI), Iwan Budianto terkait pengelolaan tiket menggunakan database.
“Di Eropa, ketika terjadi pelemparan, suporter (individu) bisa diblacklist karena menggunakan sistem. Jadi klub dan suporter harus diuntungkan,” ujarnya.