Seperti yang kita ketahui bersama, setiap peradaban pasti memiliki sejarah pertempuran sejarah, yang memegang peranan penting dalam sejarahnya. Termasuk sejarah Perang Badar, dimana perang ini terjadi pada tanggal 13 Maret 624 M (tepatnya tanggal 17 Ramadhan) di wilayah Hijaz di Arabia barat atau Arab Saudi. Peperangan antara kaum muslimin yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW melawan kaum musyrikin Quraisy yang dipimpin oleh Amar bin Hisham alias Abu Jahal di Lembah Badr (Makkah) sendiri telah digariskan dalam sejarah Islam sebagai kemenangan karena pertolongan Tuhan, dan menjadi satu. beberapa peperangan yang secara khusus disebutkan dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Quran.
Penyebab Perang Badar
Dalam Sejarah Perang Badar sendiri telah disebutkan bahwa ada beberapa sebab yang sangat mendasar terjadinya Perang Badar, seperti seringnya terjadi kekerasan, penindasan dan penyitaan rumah dan harta benda, bahkan sampai pengusiran umat Islam di wilayah. (Kota Mekkah). Selain itu kaum Quraisy juga menindas, menyiksa dan menyita barang dagangan kaum muslimin, hingga terjadi Perang Badr untuk memberi pelajaran atau membalas kekejaman kaum Quraisy dan mengembalikan harta milik kaum muslimin. Dan pernah, seorang pemuda Quraisy melempari Nabi SAW dengan kotoran.
Sesampainya di rumah putrinya yang masih kecil, Fatimah Azahra, dia melihat ayahnya berlumuran tanah, dia menangis. Sesegera mungkin Nabi berusaha menenangkan gadis kesayangannya, dan Nabi berkata, “Jangan menangis anakku, karena Allah akan melindungi ayahmu”. Kalimat itu kemudian ditambahkan oleh Nabi pada dirinya sendiri: “Orang Quraisy tidak pernah memperlakukan saya seburuk ini ketika Abu Thalib masih hidup.”
Rencana Pembunuhan Nabi Muhammad SAW
Puncaknya, pada September 622 M, dalam pertemuan yang melibatkan pemuka Quraisy, Abu Jahal mengusulkan pembunuhan Nabi. Agar tidak menimbulkan permusuhan dalam keluarga Hasyim, kepala suku meminta setiap pemuda yang berpengaruh di antara anak-anak Quraisy untuk terlibat, sehingga masing-masing suku bertanggung jawab menyediakan pertukaran darah untuk memuaskan anak-anak Hasyim. Namun rencana ini diketahui oleh Malaikat Jibril, dan dengan kepintarannya Nabi hijrah dari rumahnya bersama Abu Bakar ke Yatsrib (Madinah).
Saat itu, dia membiarkan Ali mengisi tempat tidurnya untuk mencegah pemuda Quraisy yang mengepung rumahnya. Namun perjalanan ini hanya untuk membela diri, bukan sejarah peristiwa Mi’raj Isra. Meski begitu, bukan berarti konflik dengan kaum Quraisy Mekkah mereda. Kaum Muhajirin (penduduk Muslim Mekkah yang ikut hijrah) kesulitan mencari nafkah di Madinah, sehingga sebagian dari mereka bergantung pada penduduk Muslim Madinah atau kaum Ansar.
Dan saat itulah turun wahyu, Surat Al Hajj ayat 39-40 yang memampukan Nabi dan para pengikutnya untuk memerangi orang-orang yang memerangi mereka. Ini adalah ayat Al-Qur’an yang berisi perintah jihad. Setelah wahyu ini, Nabi dan para Muhajirin melakukan Ghazwu atau penyerangan untuk bertahan hidup yang biasa dilakukan oleh masyarakat Arab nomaden. Namun penyerangan yang dimulai pada tahun 623 M sering kali gagal karena umat Islam hanya memiliki sedikit informasi, baik mengenai waktu maupun rute perjalanan musuh, sehingga tidak ada kerugian dan korban jiwa di pihak musuh.
Serang Quraisy dengan Strategi Ghoswu
Dan pada bulan September 623, Nabi memutuskan untuk memimpin langsung umat Islam untuk menyerang kelompok perdagangan Quraisy yang dipimpin oleh Ummayah (yang telah menyiksa Abu Bakar), tetapi lagi-lagi upaya untuk menyerang kafilah yang membawa 2.500 unta itu gagal.
Namun, tidak semua strategi Ghoswu gagal, karena pada Januari 624 terjadi peristiwa serius di penghujung bulan suci Rajab. Saat itu, salah seorang pedagang Quraisy Mekkah yang sedang berkemah di lembah Nakhlah (antara Mekkah dan Toif) tewas tertembak panah pasukan Abdullah bin Jahsy saat melakukan misi ghazwu. Tiba-tiba kejadian ini menimbulkan kemarahan dan dendam di kalangan kaum Quraisy Mekkah. Untuk mereka. ini bukan hanya ancaman keamanan. Namun juga dianggap menghina akidah masyarakat Arab yang mensucikan bulan Rojab dari peperangan.
Sampai disinilah dimulai perang besar antara kaum muslimin di Madinah dan kaum Quraisy Mekkah. Pada tanggal 2 Hijriah (Maret 624) kafilah dagang besar yang dipimpin oleh Abu Sufyan hendak kembali dari Syam, dan Nabi langsung memimpin aksi ghazwu yang melibatkan sekitar 313 orang Muslim, dilaporkan 8 pedang. 6 baju besi. 70 unta dan 2 kuda. Di tentara juga ada paman nabi. Dan tiga calon khalifah. Yakni Abu Bakar Umar bin Khotob. Dan Ali bin Abu Thalib. Bertepatan dengan kejadian tersebut, salah satu sahabat Nabi sekaligus calon khalifah Ustman bin Afan tidak hadir dan harus tinggal di rumah karena istrinya Ruqoyah sakit.
Dan kaum Quraisy marah. Setelah mendengar tentang rencana Nabi untuk menyerang Abu Sufyan, di bawah komando Abu Jahl, mereka mengerahkan seluruh suku dan menyiapkan pasukan untuk pergi ke Lembah Badr. Dengan total pasukan sekitar 1.000, 600 bersenjata lengkap. 700 unta. Dan 300 penunggang kuda siap menghadapi pasukan Nabi. Pada saat yang sama, Abu Sufyan dengan bijak mengubah rute kafilah dagangnya, melewati Yanbu’ di sepanjang pantai Laut Merah, dan dia berhasil selamat.
14 Sahabat Nabi yang Gugur dalam Perang Badar
Demikianlah Riwayat Perang Badar yang menewaskan 14 orang sahabat Nabi, seperti Umair bin Abi Waqas, Safwan bin Wahab, Dhu-Shimalayn bin ‘Abdi, Mihja bin Salih, ‘Aqil bin al-Bukayr, ‘Ubaydah bin Al-Harith . , Sa’ad bin Khaythama, Mubashir bin ‘Abd al-Mundhir, ‘Haritsah ibn Suraqah, Rafi’ ‘ibn Muala, ‘Umayr ibn Humam, Yazid bin al-Harith, Mu’awidh ibn al-Harith dan ‘Awf ibn al- Harith. Sedangkan 70 orang dari tentara Quraisy tewas termasuk Abu Jahal.
Dan jangan lupa untuk mengetahui sejarah berdirinya Islam juga untuk meningkatkan taraf keberagamaan anda. Selain itu, ada beberapa sejarah lain yang perlu diketahui juga, seperti sejarah hari raya haji, sejarah perjanjian Hudaibiya, dan lain sebagainya.