9 Prasasti Hindu Peninggalan Kerajaan di Indonesia – Sejarah Agama

by

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang memiliki permukaan keras dan dapat bertahan lama. Prasasti merupakan peninggalan sejarah yang isinya tertulis dari masa lampau. Tulisan ini dapat direkam pada batu, tanah liat, logam atau tanduk binatang.

Prasasti dianggap sebagai sumber sejarah terpenting di antara berbagai sumber sejarah kuno yang ada karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa pada masa lampau. Selain memiliki unsur penanggalan, prasasti juga kerap mengungkapkan sejumlah nama dan alasan pembuatan prasasti tersebut.

Kata prasasti berasal dari bahasa Sansekerta yang sebenarnya berarti “pujian” dan kemudian mengalami pergeseran arti menjadi “piagam, fatwa, ketetapan, hukum atau tulisan”.

Isi prasasti tidak selalu tentang memuji raja, tetapi tentang menentukan status kerajaan, keputusan pengadilan, tanda kemenangan, hutang dan hutang, juga tentang kutukan atau sumpah, serta asal usul tokoh atau silsilah masa lalu. raja. Sejarah masa lampau peninggalan agama Hindu juga dapat dilihat dari candi-candi Hindu yang ada di Indonesia, candi-candi peninggalan agama Hindu yang berasal dari kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Prasasti Agama Hindu

Prasasti agama Hindu umumnya ditulis menggunakan aksara Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta. Penemuan prasasti di beberapa situs arkeologi seringkali menandai berakhirnya era prasejarah dan awal dari era sejarah ketika masyarakat sudah mengenal tulisan. Berikut beberapa prasasti yang berasal dari agama Hindu di Indonesia.

1. Prasasti Kutai (Kalimantan Timur)

Prasasti Kutai atau dikenal juga dengan Prasasti Mulawarman merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Kutai. Ada tujuh yupa yang berisi prasasti, namun baru empat yang sudah dibaca dan diterjemahkan. Prasasti ini ditulis menggunakan aksara pra-nagari Pallava dan bahasa Sansekerta.

Bentuk dan jenisnya diperkirakan berasal dari sekitar tahun 400 Masehi yang ditulis dalam bentuk puisi anustub. Isi prasasti ini menceritakan tentang Raja Mulawarman yang banyak menyumbangkan sapi kepada para brahmana.

Di sini disebutkan juga bahwa Mulawarman adalah cucu Kudungga dan anak Aswawarman. Prasasti Hindu ini merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia dan ditemukan di Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur tepatnya di hulu sungai Mahakam.

2. Prasasti Ciaruteun (Bogor)

Prasasti Ciampea atau Ciaruteun ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, dekat muara sungai Cisadane, Bogor, Jawa Barat. Prasasti Hindu ini merupakan peninggalan kerajaan Tarumanegara.

Lokasi ditemukannya prasasti tersebut merupakan sebuah bukit yang dalam bahasa sunda disebut pasir, dimana bukit tersebut diapit oleh tiga sungai yaitu Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Tempat ini hingga abad ke-19 masih masuk dalam wilayah Ciampea dan masih bernama Pasir Muara.

Kini wilayah penemuan prasasti tersebut masuk dalam wilayah Kecamatan Cibungbulang. Prasasti ini ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa dan bentuk syair Sanskerta, menggunakan meteran anustubh yang terdiri dari tiga baris dan memiliki ukiran gambar ubi jalar dan sulur atau spiral, sepasang jejak kaki dan gambar laba-laba.

3. Prasasti Canggal (Magelang)

Prasasti Hindu ini dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya, berbentuk bulan sabit dengan tahun 654 Saka atau 732 M. Ditemukan di pelataran candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah dan tertulis di tugu batu. Isi prasasti ini dianggap sebagai pernyataan diri Raja Sanjaya pada tahun 732 sebagai penguasa dunia Mataram Kuno.

4. Prasasti Dinoyo (Malang)

Penemuan prasasti Hindu ini terjadi di Desa Dinoyo, sebelah barat laut Kota Malang. Berangka tahun 760 M, prasasti ini ditulis dengan huruf Kawi dan Sansekerta. Isinya menceritakan bahwa pada abad ke-8 ada sebuah kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan atau sekarang Desa Juron, dan rajanya bernama Dewasimha.

Dewasimha memiliki seorang putra bernama Limwa yang mengubah namanya menjadi Gajayana setelah menggantikan ayahnya sebagai raja. Gajayana mendirikan sebuah kuil untuk Dewa Agastya. Patung yang menggambarkan Agastya diganti dengan patung batu hitam.

5. Prasasti Jambu Biji (Bogor)

Ditemukan di kawasan perkebunan sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti Jambu atau Pasir Kolengkak berasal dari Kerajaan Tarumanegara. Tepatnya di kawasan Desa Pasir Gintung, Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.

Pada zaman Belanda kawasan ini merupakan bagian dari perkebunan karet Sadeng – Djamboe yang sekarang dikenal dengan nama PT. Perkebunan XI Cikasungka, Cigudeg, Bogor. Ditemukan oleh Jonathan Rigg pada tahun 1854 dan dilaporkan ke Antiquities Service pada tahun 1947, dan pertama kali diselidiki pada tahun 1954.

Ini berisi dua baris tulisan Pallava, dalam bentuk syair Sanskerta dan meteran Sragdhara. Menyebutkan nama Raja Purnawarman yang memerintah di negara bagian Taruma, tanpa angka tahun namun diperkirakan dari abad ke-5 Masehi berdasarkan analisis paleografi.

6. Prasasti Kebun Kopi (Bogor)

Prasasti Gajah Tapak atau Kebonkopi I juga merupakan peninggalan kerajaan Tarumanegara. Pada prasasti ini terdapat pahatan kaki gajah yang dianggap sebagai gunung Raja Purnawarman. Gajah disamakan dengan Airavata, gunung Dewa Indra.

Lokasi prasasti Hindu ini terletak di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Ditemukan pada abad ke-19 saat penebangan dilakukan untuk perkebunan kopi.

Kemudian Prasasti Pasir Muara atau Prasasti Kebonkopi II merupakan prasasti tertua yang menyebutkan tahun 854 Saka (932 M), yaitu sejarah kerajaan Pajajaran di tanah Sunda.

7. Prasasti Cidanghiang (Pandeglang)

Salah satu prasasti Hindu dari kerajaan Tarumanegara. Terletak di tepi sungai Ci Danghiyang di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang. Toebagus Roesjan pertama kali melaporkannya ke Dinas Purbakala pada tahun 1947.

Isinya ditulis dalam bahasa Sansekerta dengan menggunakan aksara Pallawa dan meter anustubh yang menggambarkan keagungan Prabu Purnawarman. Dari prasasti ini dapat diketahui bahwa Banten dulunya merupakan wilayah Tarumanegara yang beragama Hindu Wisnu.

8. Prasasti Pasir Awi

Prasasti sejarah Hindu di Indonesia lainnya dari kerajaan Tarumanegara adalah Prasasti Pasir Awi atau Prasasti Cemperai. Lokasi ditemukannya di lereng selatan gumuk pasir Awi, di kawasan hutan bukit Cipamingkis, Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur, Kec. Bogor.

Peninggalan bersejarah di Jawa Barat ini ditemukan pada tahun 1864 oleh NW Hoopermans dan terdapat ukiran gambar situs yang menghadap ke utara dan timur. Isinya tidak bisa dibaca karena menggunakan huruf keriting.

9. Prasasti Tugu (Cilincing)

Prasasti Tugu juga berasal dari Kerajaan Tarumanegara. Isinya menggambarkan penggalian sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 pemerintahannya untuk membuat saluran di kedua sungai tersebut.

Penggalian dilakukan untuk menghindari bencana alam seperti banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, selain untuk menghindari kekeringan yang terjadi pada musim kemarau. Lokasi ditemukannya di Kampung Batutumbuh, Kampung Tugu.

Sekarang lokasinya adalah Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Prasasti ini merupakan prasasti terpanjang dalam pusaka Tarumanegara dan seperti pusaka Tarumanegara lainnya tidak memiliki angka tahun yang pasti. Melalui analisis paleografis, prasasti tersebut diperkirakan berasal dari abad ke-5 Masehi.

Sebagian besar prasasti Hindu yang ditemukan sebenarnya berasal dari Kerajaan Tarumanegara yang pernah berkuasa di sebelah barat pulau Jawa pada abad keempat hingga ketujuh Masehi. Sebagai salah satu kerajaan tertua di Nusantara, Tarumanegara banyak meninggalkan catatan sejarah yang menunjukkan garis keturunan kerajaan ini adalah Hindu Wisnu melalui benda-benda bersejarah di Indonesia berupa prasasti.