9 Dampak Peristiwa Konferensi Meja Bundar Bagi Indonesia – Sejarah Indonesia

by

Konferensi Meja Bundar (KMB) atau Nederlands Indonesische Rondetafelconference adalah pertemuan yang diadakan di Deen Haag, Belanda. Konferensi ini diadakan dari tanggal 23 Agustus – 24 November 1949 antara wakil dari Republik Indonesia, Belanda dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) sebagai wakil dari berbagai negara Belanda di kepulauan Indonesia. Sejarah konferensi meja bundar ini terjadi setelah usaha Belanda menggagalkan kemerdekaan Indonesia dengan cara-cara kekerasan tidak berhasil. Belanda bahkan mendapat kecaman keras dari dunia internasional.

Sebelumnya telah terjadi tiga kali pertemuan tingkat tinggi antara Belanda dan Indonesia, seperti perjanjian Linggarjati tahun 1947, sejarah perjanjian Renville tahun 1948 dan perundingan Roem Roijen tahun 1949. Pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi dalam sejarah berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa – Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengutuk serangan tentara Belanda terhadap tentara Indonesia dan menuntut pemulihan pemerintah Indonesia dan peran Indonesia dalam hubungan internasional, juga menuntut kelanjutan perundingan guna mencapai penyelesaian damai antara Indonesia dan Belanda.

Negosiasi Konferensi Meja Bundar

Konferensi ini diselenggarakan untuk mencapai Dampak dari acara Konferensi Meja Bundar dengan tujuan sebagai berikut:

  • Mengakhiri perselisihan antara Indonesia dan Belanda dengan melaksanakan berbagai kesepakatan yang telah disepakati antara Republik Indonesia dan Belanda, khususnya mengenai pembentukan Negara Indonesia Serikat (RIS).
  • Melalui kesepakatan dalam KMB, Indonesia akan diakui sebagai negara yang berdaulat penuh oleh Belanda meskipun Irian Barat belum menjadi bagian dari Republik Indonesia.

Negosiasi tersebut menghasilkan beberapa dokumen seperti Piagam Kedaulatan, Statuta Persatuan, perjanjian ekonomi, sosial dan militer. Disepakati juga bahwa tidak akan ada diskriminasi terhadap warga negara dan perusahaan Belanda, dan RI juga bersedia mengambil alih perjanjian perdagangan yang telah dirundingkan sebelumnya oleh pihak Hindia Belanda. Perdebatan terjadi dalam kasus utang Hindia Belanda dan Papua Barat. Delegasi Indonesia sebenarnya tidak puas dan mempertanyakan mengapa RI harus membayar utang yang digunakan untuk melakukan aksi militer terhadap Indonesia. Namun akhirnya, berkat intervensi AS, Indonesia menyadari bahwa harga yang harus dibayar untuk mendapatkan kedaulatan dan dampak dari Konferensi Meja Bundarlah yang harus ditanggung.

Dalam Konferensi Meja Bundar ini, Amerika Serikat ikut campur dan memainkan peran penting, diduga kegagalan negosiasi akan mempengaruhi kebijakan perang dingin yang mereka lakukan saat itu. Begitu pula ketika Indonesia menolak usulan Belanda agar Ratu Belanda menjadi ketua Uni Indonesia Belanda, AS turun tangan dengan mengajukan Ketua Uni sebagai simbol dan perwujudan kerjasama sukarela.

Perundingan Papua Barat juga hampir menemui jalan buntu karena delegasi Indonesia bersikeras bahwa wilayah Indonesia juga mencakup seluruh Hindia Belanda. Sedangkan Belanda beralasan Papua Barat tidak memiliki ikatan etnis dengan daerah lain di Indonesia. Akhirnya tercapai kesepakatan untuk menegosiasikan kembali status Papua Barat dalam waktu satu tahun setelah penyerahan kedaulatan. Hasil Konferensi Meja Bundar dituangkan dalam beberapa butir kesepakatan, yaitu:

  • Pengakuan kedaulatan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) dari Belanda sebagai negara merdeka.
  • Pengakuan kedaulatan harus dilakukan paling lambat tanggal 30 Desember 1949.
  • Status Wilayah Irian Barat harus ditetapkan dan diselesaikan selambat-lambatnya satu tahun setelah pengakuan kedaulatan.
  • Terbentuknya Uni Indonesia-Belanda untuk menjalin kerjasama antara RIS dan Belanda yang dipimpin oleh Raja Belanda.
  • RIS akan memulihkan kepemilikan Belanda serta hak konsesi dan memperbarui izin untuk perusahaan Belanda.
  • RIS harus membayar semua hutang Belanda yang timbul sejak tahun 1942.
  • Kapal perang Belanda telah ditarik dari Indonesia dan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
  • Tentara Belanda akan ditarik sementara KNIL akan dibubarkan. Anggota yang dibutuhkan kemudian akan dimasukkan sebagai bagian dari kesatuan TNI.

Dampak Konferensi Meja Bundar

Pengesahan kesepakatan Konferensi Meja Bundar ditandatangani pada tanggal 29 Oktober 1949 dan selanjutnya diserahkan kepada Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP. Setelah itu, KNIP bersidang pada 6 – 14 Desember 1949 untuk membahas hasil kesepakatan KMB yang akhirnya disetujui pada 15 Desember 1949 dan memilih Sukarno sebagai calon tunggal Presiden Republik Indonesia Serikat. Soekarno diangkat pada tanggal 17 Desember 1949.

Terbentuklah RIS yang terdiri dari 16 negara bagian dan merupakan negara persekutuan dengan Pemerintah Belanda. Kabinet RIS dibentuk di bawah pimpinan Drs. Tn. Hatta sebagai Perdana Menteri yang diangkat pada tanggal 20 Desember 1949. Beberapa dampak positif dan negatif Konferensi Meja Bundar bagi Indonesia adalah sebagai berikut:

  1. Semua pasukan Belanda telah ditarik dari wilayah Indonesia Serikat.
  2. Perang antara Indonesia dan Belanda berakhir dengan hengkangnya tentara Belanda akibat peristiwa positif Konferensi Meja Bundar.
  3. Belanda mengakui Indonesia sebagai negara merdeka.
  4. Indonesia dapat segera memulai pembangunan dan memperbaiki keadaan negara yang masih kebingungan akibat perang kemerdekaan.
  5. Utang yang dimiliki pemerintah Belanda sejak tahun 1942 sebesar 4,3 miliar gulden menjadi tanggung jawab penuh pemerintah RIS, dan ini merupakan dampak negatif dari Konferensi Meja Bundar.
  6. Demokrasi yang menjadi cita-cita perjuangan tidak terwujud dengan terbentuknya RIS.
  7. Tertunda menyelesaikan sejarah pengembalian Irian Barat yang akan disampaikan setahun kemudian.
  8. Republik Indonesia dibagi menjadi Indonesia Timur, Jawa Timur, Pasundan dan Jakarta, Sumatera Timur, Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan lain-lain.
  9. Indonesia menjadi negara kesatuan yang berada di bawah pengawasan pemerintah Belanda sehingga tidak sepenuhnya merdeka dan berdaulat.

Pada tanggal 27 Desember 1949, akta penyerahan kedaulatan ditandatangani oleh kedua delegasi. Ratu Juliana, PM dr. Willem Drees dan Menteri Luar Negeri Mr. pagi JA Sassen menandatangani untuk pihak Belanda. Sedangkan Indonesia diwakili oleh Drs. Tn. Hatta dan rombongan. Pada saat yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Perwakilan Tinggi Mahkota AH. J. Lovink juga menandatangani teks pengakuan kedaulatan. Pengakuan ini berarti Belanda mengakui berdirinya Negara Republik Indonesia Serikat dengan wilayah meliputi seluruh bekas jajahan Hindia Belanda kecuali Irian Barat.

Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal penandatanganan kedaulatan ini. Kira-kira enam puluh tahun kemudian, pada tanggal 15 Agustus 2005 pemerintah Belanda sepakat untuk mengakui secara resmi bahwa kemerdekaan de facto Indonesia benar-benar terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Perdana Menteri Belanda, Ben Bot, dalam sebuah konferensi di Jakarta menyatakan penyesalannya yang mendalam atas penderitaan rakyat Indonesia selama empat tahun Revolusi Nasional, meskipun ia tidak menyampaikan permintaan maaf secara resmi. Reaksi umum Indonesia terhadap pernyataan ini adalah positif.

Menteri Luar Negeri RI saat itu, Hassan Wirajuda mengatakan, setelah ini akan lebih mudah untuk bergerak maju dan mempererat hubungan bilateral kedua negara. Sehubungan dengan utang Hindia Belanda yang harus dibayar, Indonesia membayarnya sebesar 4 milyar gulden dari tahun 1950 – 1959 dan kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan pembayaran tersebut. Pelajari juga peran Indonesia dalam organisasi internasional seperti peran Indonesia dalam APEC, peran Indonesia dalam AFTA dan peran Indonesia dalam GNB.