4 Pahlawan Nasional Dari Banjarmasin Kalimantan Selatan – Sejarah Indonesia

by
Sejarah Lengkap

Penjajahan Belanda dan Jepang yang menyiksa menyebabkan bangsa Indonesia bangkit dan melawan tirani penjajah untuk merdeka dan memiliki tanah air sendiri. Banjarmasin yang terletak di provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu kota yang berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Banyak pejuang Banjar ikut serta mengusir penjajah dari Nusantara.

Alhasil, beberapa pahlawan tersebut mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Pemerintah Republik Indonesia. Namun, masih banyak yang belum diakui dan dikukuhkan sebagai pahlawan nasional. Kamu akan mengetahui siapa hero kebanggaan Banjar dari pembahasan berikut ini.

1. Pangeran Antasari

Pangeran Antasari lahir di Kayu Tangi, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan pada tahun 1797 atau 1809 dan meninggal di Bayan Begok pada tanggal 11 Oktober 1862. Antasari adalah seorang Sultan Banjar dan pemimpin dalam Perang Banjar yang dilancarkan melawan pasukan kolonial Belanda. Nama depannya Gusti Inu Kertapati, dari ibu Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman dan ayahnya Pangeran Masohut bin Pangeran Amir. Ayahnya adalah cucu Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang tidak bisa naik tahta pada tahun 1785 karena diusir oleh Pangeran Nata, walinya yang kemudian mengangkat dirinya menjadi Sultan Tahmidullah II dengan bantuan Belanda.

Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin suku Banjar tetapi juga dianggap sebagai pemimpin suku Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Ngaju, Maanyan, Siang, Bakumpai dan lainnya yang hidup di pedalaman dan sepanjang sungai Barito. Sang pangeran melanjutkan penentangannya terhadap Belanda setelah Sultan Hidayatullah ditipu untuk menyandera ibunya dan diasingkan ke Cianjur.

Perang Banjar pecah pada tanggal 25 April 1859 ketika Pangeran beserta 300 tentaranya menyerang tambang batu bara Belanda di Pengaron dan berlanjut ke seluruh wilayah kerajaan Banjar seperti Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, menyusuri Sungai Barito hingga Puruk Cahu. Dia meninggal karena penyakit paru-paru dan cacar pada usia 75 tahun, sehingga Muhammad Seman, putranya, melanjutkan perjuangannya. Antasari diangkat sebagai pahlawan nasional pada 27 Maret 1968. Lihat juga penyebab perang Banjarmasin, sejarah perang Banjar, pahlawan nasional dari Banten dan pahlawan nasional dari Riau.

2. Brigjen Hasan Basri

Lahir di Kandangan, Hulu Sungai Selatan pada tanggal 17 Juni 1923 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 15 Juli 1984. Beliau merupakan tokoh militer yang berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan. Ia adalah pendiri Batalyon IV TNI Angkatan Laut di Kalimantan Selatan, dan disebut sebagai Bapak Gerilyawan Kalimantan melalui Surat Keputusan DPRGR Tahap II Hulu Sungai Utara pada tanggal 20 Mei 1962. Pendidikan awalnya adalah Tsanawiyah al-Wathaniah. di Kindangan, Islamic Kweekschool Pondok Modern Ponorogo, Jawa Timur. Setelah kemerdekaan, ia aktif dalam organisasi kepemudaan Kalimantan yang bermarkas di Surabaya. Kariernya sebagai prajurit dan pejuang dimulai dari sana, ketika menyusup kembali ke Kalimantan Selatan dan menjadi pimpinan Laskar Syaifullah.

Ketika banyak anggota Laskar ditangkap oleh Belanda, Hasan Basri membentuk Banteng Indonesia dan mendirikan Batalyon Angkatan Laut Indonesia. Meski hasil kesepakatan Linggarjati dan Renville menempatkan Kalimantan di bawah kekuasaan Belanda, namun Hasan Basri tetap melanjutkan perjuangannya. Akhirnya ia berhasil mendeklarasikan posisi Kalimantan sebagai bagian dari Republik Indonesia pada tanggal 17 Mei 1949. Angkatan Laut Indonesia kemudian dilebur ke dalam Divisi Lambung Mangkurat TNI Angkatan Darat dan diangkat sebagai Letnan Kolonel. Pada tanggal 3 November 2001 ia diberi gelar pahlawan nasional dari Banjarmasin oleh pemerintah. Ketahui juga tentang nama-nama pahlawan nasional dari Sumatera Utara dan nama-nama pahlawan nasional dari Sumatera Barat.

3.Idham Chalid

Salah satu politisi Indonesia paling berpengaruh pada masanya, Idham Chalid lahir di Satui, Kalimantan Selatan pada 27 Agustus 1921 dan meninggal pada 11 Juli 2010 di Jakarta. Pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri RI pada Kabinet Ali Sastroamidjojo dan pada Kabinet Djuanda, Ketua MPR dan DPR tahun 1972 – 1977, juga aktif dalam kegiatan keagamaan dan menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah Nadhlatul Ulama tahun 1956 – 1984. aktif di PBNU sejak remaja dan pernah menjadi Ketua Umum Partai Bulan Bintang Kalsel saat NU masih tergabung dalam Masyumi.

Beliau juga pernah menjadi anggota DPR RIS (1949 – 1950), Ketua Lembaga Pendidikan NU (1952 – 1956) sebelum menjadi Pimpinan Umum NU pada tahun 1956 dan merupakan orang yang paling lama menjabat sebagai pimpinan NU. Gelar pahlawan nasional asal Banjarmasin dianugerahkan pemerintah pada 7 November 2011 sebagai anak Banjar ketiga yang diangkat sebagai pahlawan nasional. Pada masa setelah Orde Lama, beliau juga menjabat sebagai Perdana Menteri Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Ampera I, Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Ampera II dan Kabinet Pembangunan I. Ia juga mengetahui sejarah partai masyumi dan sejarah partai pkb

4. Bpk. Pangeran H. Mohammad Noor

Lahir pada tanggal 24 Juni 1901 di Martapura dari keluarga bangsawan Banjar, beliau merupakan cicit dari Ratu Anom Mangkubumi Kentjana bin Sultan Adam al-Watsik Billah. Saat itu Kesultanan Banjar disingkirkan secara sepihak oleh Belanda dan menjelang berakhirnya Perang Banjar. Hingga keluarga Kesultanan yang tidak lagi memiliki keistimewaan tersebar dimana-mana dan jatuh miskin. Ia dapat bersekolah di HIS, MULO, HBS dan kemudian Techniche HoogeSchool (ITB) hingga ia memperoleh gelar Insinyur pada tahun 1927, setahun setelah Soekarno.

Ia tidak bekerja untuk Belanda tetapi memilih berjuang untuk rakyat dengan menggantikan ayahnya di Volksraad sebagai wakil Kalimantan pada tahun 1935 – 1939. Kemudian ia aktif sebagai anggota PPKI dan ikut melawan tentara sekutu di Pertempuran Surabaya Oktober – November 1945. Pada masa revolusi tahun 1945 – 1949 ia membentuk tim MN 1001 untuk beroperasi di Kalimantan Selatan di bawah pimpinan Hassan Basri dan juga di Kalimantan Tengah di bawah pimpinan Tjilik Riwut.

Ia kemudian diangkat sebagai Gubernur Kalimantan pertama yang berkedudukan di Yogyakarta pada masa Agresi Militer Belanda I dan II, kemudian membantu Idham Chalid dan kawan-kawan untuk bertemu dengan Mohammad Hatta yang meminta agar Kalimantan tetap berjuang secara militer dan politik walaupun tidak pernah. pernah. dibantu oleh Pusat. Ia kemudian diangkat menjadi Menteri Pekerjaan Umum dan berhasil menyelesaikan proyek Sungai Barito, pembukaan sawah pasang surut atau P4S, pembangunan PLTA Riam Kanan dan beberapa kanal di Banjarmasin – Sampit, juga pengerukan ambang Barito yang dapat meningkatkan kesejahteraan di lembah sungai Barito. Dia diakui sebagai pahlawan nasional dari Banjarmasin pada tahun 2018.

Masih banyak pahlawan yang belum diakui sebagai pahlawan nasional dari Banjarmasin atau pahlawan nasional dari Kalimantan. Sebenarnya bangsa kita memiliki begitu banyak pejuang yang telah mengorbankan segalanya untuk kemerdekaan yang kita miliki saat ini. Selayaknya sebagai negara yang berjuang mati-matian untuk kemerdekaan, kita memiliki lebih banyak pahlawan nasional dari berbagai daerah termasuk pahlawan nasional dari Bali yang jumlahnya masih sedikit.

Namun banyak faktor yang membuat hal tersebut tidak mungkin dilakukan, salah satunya karena prosedurnya yang cukup rumit sehingga tidak mudah untuk mencalonkan nama pahlawan nasional, bahkan terkadang harus melalui beberapa usulan dan proses yang panjang sebelum itu benar-benar terjadi. ditentukan.