Jakarta, Pahami.id —
Ketegangan antar kelompok milisi di Lebanon, Hizbullaholeh Israel semakin panas
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menegaskan negaranya akan segera mengambil keputusan untuk berperang habis-habisan dengan Hizbullah, setelah lebih dari delapan bulan ketegangan perbatasan kedua negara.
Dia juga menyatakan bahwa tentara Israel telah menyetujui “rencana operasi ofensif ofensif di Lebanon.”
Sebagai tanggapan, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengancam akan menyerang Siprus jika Israel benar-benar menyerangnya.
Nasrallah menuduh Siprus membantu Israel dengan mengizinkan Israel menggunakan bandara dan pangkalannya untuk latihan militer.
Ia juga menegaskan Hizbullah tidak takut berperang dengan Israel. Dia mengatakan Hizbullah akan berperang “tanpa aturan” dan “tanpa batasan” jika hal itu terjadi.
Konflik Hizbullah-Israel sebenarnya terjadi bersamaan dengan invasi Israel ke Jalur Gaza, Palestina, pada 8 Oktober lalu. Hizbullah mengklaim serangannya terhadap Israel adalah bentuk solidaritas terhadap milisi Hamas.
Namun ketegangan ini semakin memuncak setelah salah satu komandan Hizbullah, Taleb Abdallah, tewas akibat serangan Israel di kota Joya, Lebanon selatan, pada 11 Juni.
Kematian Abdallah memicu kemarahan di kalangan kelompok tersebut karena dia adalah “orang paling penting di Hizbullah yang dibunuh sejak awal perang” antara Israel dan Hamas.
Jika benar-benar terjadi perang, seberapa besar kekuatan yang dimiliki Hizbullah untuk melawan Israel?
Direktur senior strategi dan inovasi New Lines Institute, Nicholas Heras, mengatakan perang antara Hizbullah dan Israel, jika benar-benar menjadi kenyataan, akan melibatkan Iran sebagai pendukung dan pelindung Hizbullah.
Heras yakin Iran akan melengkapi Hizbullah secara “komprehensif” dengan berbagai peralatan tempurnya di darat, laut, dan udara.
“Hizbullah memiliki kemampuan untuk menemukan, memperbaiki dan menyelesaikan semua jenis drone Israel, dengan beberapa kemampuan anti-udara diperlukan untuk mengancam pesawat Israel yang mungkin menerbangkan kendaraan jarak pendek untuk membantu pasukan darat IDF,” kata Heras.
Dia juga menyoroti penggunaan rudal anti-tank yang digunakan Hizbullah dalam beberapa bulan terakhir untuk melakukan serangan presisi.
Menurutnya, kemampuan tersebut “mungkin merupakan keterampilan baru paling berbahaya yang pernah dihadirkan Hizbullah” karena memungkinkan mereka untuk secara langsung mengancam pasukan darat Israel jika tentara memutuskan untuk melancarkan serangan darat lintas batas di Lebanon selatan.
(blq/dna)