Berita Rusia Gempur Brutal Ibu Kota Ukraina, Incar Fasilitas Energi

by
Berita Rusia Gempur Brutal Ibu Kota Ukraina, Incar Fasilitas Energi


Jakarta, Pahami.id

Rusia menyerang ibu kota UkrainaKyiv, dalam beberapa hari terakhir telah menargetkan fasilitas energi dan infrastruktur publik lainnya.

Wali Kota Kyiv, Vitaly Klitschko, mengatakan akibat serangan itu beberapa jaringan mengalami kerusakan. Beberapa bangunan di Distrik Desnyansky timur laut juga untuk sementara tidak memiliki pasokan panas.

“Ini adalah serangan musuh yang sangat besar,” kata Klitschko, Kamis (14/11), dikutip AFP.


Akibat serangan intensif Rusia tersebut, sedikitnya 11 orang terluka, lima di antaranya dirawat di rumah sakit, termasuk seorang wanita hamil dan seorang pria dalam kondisi serius.

Selain itu, Klitschko mengatakan pasokan air dan listrik juga terganggu.

Kepala administrasi militer di kota itu, Tymur Tkachenko, mengatakan Rusia juga menyerang fasilitas umum.

“Rusia menyerang bangunan tempat tinggal. Ada banyak bangunan tinggi yang rusak di seluruh Kyiv, hampir di setiap distrik,” kata Tkachenko.

Bangunan-bangunan di delapan distrik di Kyiv terbakar atau rusak akibat serangan itu. Kebakaran terjadi di atap sebuah bangunan tempat tinggal berlantai lima di distrik Solomyansky.

Serangkaian serangan terjadi ketika sekutu Barat meningkatkan tekanan terhadap Rusia.

Pada hari Rabu, Kanada mengumumkan sanksi baru yang menargetkan drone, produksi energi Rusia, dan infrastruktur yang digunakan untuk melancarkan serangan dunia maya.

Para menteri luar negeri G7 pada hari itu juga menyerukan gencatan senjata segera di Ukraina dan menyuarakan dukungan “tegas” terhadap integritas wilayah negara tersebut.

Sementara itu, Komisi Eropa sedang mempertimbangkan untuk menggunakan sebagian aset Rusia yang dibekukan untuk dipinjamkan ke Kyiv guna dukungan anggaran dan militer selama dua tahun ke depan.

Rusia dan Ukraina telah berperang sejak Februari 2022. Komunitas internasional telah lama menyerukan gencatan senjata. Namun, panggilan ini tidak pernah dilaksanakan.

Beberapa negara juga telah mengajukan proposal perdamaian namun tidak ada satupun yang diterima oleh kedua belah pihak.

(ISA/DNA)