Jakarta, Pahami.id —
Ratusan petani di Perancis melakukan protes dengan memblokir jalan raya utama menuju ibu kota Paris awal pekan ini.
Sekitar 1.000 petani dengan 500 traktor memblokir jalan di seluruh wilayah Paris, dan blokade diperkirakan akan berlanjut selama seminggu.
Mereka melakukan aksi menuntut upah yang adil dan memprotes berbagai peraturan terkait perlindungan lingkungan hidup yang dinilai menimbulkan banyak hambatan.
Beberapa kekhawatiran petani antara lain persaingan dengan produk impor yang lebih murah dan peraturan lingkungan hidup yang juga dirasakan oleh petani di negara Uni Eropa lainnya.
Salah satunya adalah besarnya impor dari Ukraina, apalagi kuota dan bea masuk telah dihapuskan oleh Uni Eropa sejak invasi Rusia.
Impor ini mendapat perlawanan dari petani lokal karena memberikan tekanan pada harga di Eropa namun tidak memenuhi standar lingkungan yang diberlakukan pada petani di Uni Eropa.
Laporan dari ReutersPara petani berpendapat bahwa upaya pemerintah dan pengecer untuk menurunkan inflasi pangan menyebabkan banyak petani dan produsen tidak mampu menutupi tingginya biaya pupuk dan distribusi.
Rencana pemerintah menghapus keringanan pajak bagi petani pengguna solar, sebagai bagian dari kebijakan transisi energi, juga menjadi salah satu pemicunya.
Selain Prancis, petani di ibu kota Belgia juga melakukan tindakan serupa awal pekan ini. Pada Senin (29/1), puluhan traktor berhasil mencapai kawasan di Brussel dan membunyikan klakson dengan keras.
Di tengah besarnya dukungan masyarakat terhadap petani, terdapat juga kekhawatiran bahwa jika pembatasan semakin intensif maka hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam rantai pasokan pangan.
Dilansir The Guardian, Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal mengatakan bahwa pertanian negaranya adalah “kekuatan dan kebanggaan” mereka.
Ia berjanji pemerintah Perancis akan berusaha memberikan pengecualian terhadap aturan Uni Eropa mengenai lahan kosong. Attal juga menjanjikan dana darurat untuk produsen anggur yang kesulitan serta bantuan lainnya untuk petani.
(Dna)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);